Senin, 30 Juli 2018

BAB I
PENDAHULUAN
A.  Latar Belakang
Sastra berbicara tentang hidup dan kehidupan, tentang berbagai persoalan hidup manusia, tentang kehidupan sekitar manusia, yang semua diungkapkan dengan cara bahasa yang khas. Anak-anak sebagai manusia dalam tahap pertumbuhan dan perkembangan yang istimewa juga bersentuhan dengan sastra. Penulis ambil contoh, orang tua mendongengi anaknya menjelang tidur, anaknya mendengarkan dengan penuh perhatian dan merasa puas hingga tertidur. Hal ini memberikan gambaran bahwa sastra juga dibutuhkan anak, anak merasa nyaman dan senang menikmati sastra.
Kita pahami anak-anak memiliki tahap perkembangan yang berbeda dengan orang dewasa, ini berpengaruh pula dengan sastra yang sesuai, layak dikonsumsi anak-anak. Perlu dibedakan sastra untuk dewasa dan sastra untuk anak. Manfaat yang diperoleh dari sastra anak antara lain sebagai media pendidikan dan hiburan, membentuk kepribadian anak, serta menuntun kecerdasan emosi anak. Hal ini karena dalam sastra anak terkandung pesan moral yang dapat membangun kepribadian positif pada anak.
Berkenaan dengan manfaat tersebut, maka kami memilih judul makalah “Memahami Konsep Apresiasi Sastra Anak”. Agar pembaca dalam mengapresiasi suatu sastra anak dan dapat mendapatkan manfaat dari sastra anak.
B.  Rumusan Masalah
Dari latar belakang di atas kami simpulkan beberapa rumusan masalah yaitu :
1.    Apa pengertian unsur intrinsik sastra?
2.    Bagaimana unsur intrinsik sastra anak?
3.    Apa definisi unsur ekstrinsik sastra?
4.    Bagaimana unsur ekstrinsik sastra anak?
C.  Tujuan Penulisan
1.    Mengetahui pengertian unsur intrinsik sastra.
2.    Mengetahui unsur intrinsik sastra anak.
3.    Mengetahui definisi unsur ekstrinsik sastra.
4.    Mengetahui unsur ekstrinsik sastra anak.
BAB II
PEMBAHASAN
A.      Unsur Instrinsik Sastra Anak
Unsur Intrinsik merupakan unsur pembangun karya sastra yang berasal dari dalam karya itu sendiri. Berikut beberapa unsut intrinsik sastra anak :
1.    Alur
Alur disebut juga plot, yaitu rangkaian peristiwa yang memiliki hubungan sebab akibat sehingga menjadi satu kesatuan yang padu bulat dan utuh. Tahap-tahap alur :
a.    Tahap perkenalan / Eksposisi adalah tahap permulaan suatu cerita yang dimulai dengan suatu kejadian, tetapi  belum ada ketegangan (perkenalan para tokoh, reaksi antarpelaku, penggambaran fisik, penggambaran tempat)
b.     Tahap pertentangan / Konflik adalah tahap dimana mulai terjadi pertentangan antara pelaku-pelaku (titik pijak menuju pertentangan selanjutnya) Konflik ada dua ;
1)   Konflik internal adalah konflik yang terjadi dalam diri tokoh.
2)   Konflik eksternal adalah konflik yang terjadi di luar tokoh (konflik tokoh dengan tokoh, konflik   tokoh dengan lingkungan, konflik tokoh dengan alam, konflik tokoh dengan Tuhan dll)
c. Tahap penanjakan konflik / Komplikasi adalah tahap dimana ketegangan mulai terasa semakin berkembang dan rumit   (nasib pelaku semakin sulit diduga, serba samar-samar)
d. Tahap klimaks adalah tahap dimana ketegangan mulai memuncak (perubahan nasib pelaku       sudah   mulai dapat diduga, kadang dugaan itu tidak terbukti pada akhir cerita)
e. Tahap penyelesaian adalah tahap akhir cerita, pada bagian ini berisi penjelasan tentang nasib-nasib yang dialami tokohnya setelah mengalami peristiwa puncak itu. Ada pula yang penyelesaiannya diserahkan kepada pembaca, jadi akhir ceritanya menggantung, tanpa ada penyelesaian.
Sedangkan ada beberapa jenis dari alur seperti :
a.    Alur maju adalah peristiwa – peristiwa diutarakan mulai awal sampai akhir / masa kini menuju masa datang.
b.    Alur mundur/Sorot balik/Flashback adalah peristiwa-peristiwa yang menjadi bagian penutup diutarakan terlebih dahulu/masa kini, baru menceritakan peristiwa-peristiwa pokok melalui kenangan/masa lalu salah satu tokoh.
c.    Alur gabungan/Campuran adalah peristiwa-peristiwa pokok diutarakan. Dalam pengutararaan peristiwa-peristiwa pokok, pembaca diajak mengenang peristiwa-peristiwa yang lampau,kemudian mengenang peristiwa pokok ( dialami oleh tokoh utama) lagi[1]
2.      Penokohan
Penokohan adalah Pelukisan tokoh cerita baik keadaan lahir maupun batinnya, termasuk keyakinan hidupnya, adat istiadatnya, dan sebagainya.[2]  Penokoha ada 5, yaitu :
a.    Pelaku utama, adalah pelaku yang memegang peranan utama dalam cerita dan selalu hadir/muncul pada setiap satuan kejadian.
b.    Pelaku pembantu,  adalah pelaku yang berfungsi membantu pelaku utama dalam cerita. Bisa bertindak sebagai pahlawan mungkin juga sebagai penentang pelaku utama.
c.    Pelaku protagonis,  adalah pelaku yang memegang watak tertentu yang membawa ide kebenaran.(jujur,setia,baik hati dll)
d.   Pelaku antagonis,  adalah pelaku yang berfungsi menentang pelaku protagonis (penipu, pembohong dll)
e.    Pelaku tritagonis, adalah pelaku yang dalam cerita sering dimunculkan sebagai tokoh ketiga yang biasa disebut dengan tokoh penengah.
3.      Tema
Tema ialah persoalan yang menduduki tempat utama dalam karya sastra. Tema mayor ialah tema yang sangat menonjol dan menjadi persoalan. Tema minor ialah tema yang tidak menonjol.
4.      Latar
Latar/ setting adalah sesuatu atau keadaan yang melingkupi pelaku dalam sebuah   cerita. Macam-macam latar diantaranya sebagai berikut :
a.    Latar tempat
Latar tempat adalah latar dimana pelaku berada atau cerita terjadi (di sekolah, di kota, di ruangan dll)
b.  Latar waktu
Latar waktu adalah kapan cerita itu terjadi ( pagi, siang,malam, kemarin, besuk dll)
c.  Latar suasana
Latar suasana adalah dalam keadaan dimana cerita terjadi. (sedih, gembira, dingin, damai, sepi dll)
5.      Gaya Bahasa
Gaya bahasa atau style menjadi bagian dari diksi atau pilihan kata yang mempersoalkan cocok tidaknya pemakaian kata, frase atau klausa tertentu untuk menghadapi situasi tertentu. Secara singkat dapat dikatakan bahwa “gaya bahasa adalah cara mengungkapkan pikiran melalui bahasa secara khas yang memperlihatkan jiwa dan kepribadian penulis (pemakaian bahasa).
Bila dilihat secara umum, dapat dikatakan bahwa gaya bahasa adalah cara mengungkapkan diri sendiri, entah melalui bahasa, tingkah laku, berpakaian dan sebagainya. Gaya bahasa dapat digunakan untuk menilai pribadi, watak, dan kemampuan seseorang yang memperggunakan bahasa itu. Semakin baik gaya bahasanya, semakin baik pula penilaian orang terhadapnya.
Pada dasarnya definisi tentang gaya bahasa tersebut di atas memiliki kesamaan. Gaya bahasa juga dipahami sebagai pemanfaatan atas kekayaan bahasa oleh seseorang dalam bertutur atau menulis. Adapun macam-macam gaya bahasa adalah sebagai berikut:[3]
a.    Gaya Bahasa Perbandingan
1)   Gaya Bahasa Perumpamaan
Perumpamaan adalah perbandingan dua hal yang pada hakikatnya bertalian dan yang sengaja kita anggap sama.
Contoh : Seperti air dengan minyak.
2)   Gaya Bahasa Metafora
Metafora adalah perbandingan yang tersirat di antara dua hal yang berbeda.
Contoh : Tak ada gunanya berdebat dengan orang yang berkepala batu.
3)   Gaya Bahasa Personifikasi
Personifikasi adalah gaya bahasa yang melekatkan sifat insani kepada barang yang tak bernyawa dan ide yang abstrak.
Contoh : Daun pohon kelapa melambai-lambai di tepi pantai.
4)   Gaya Bahasa Depersonifikasi
Depersonifikasi adalah gaya bahasa yang melekatkan sifat benda pada manusia atau insani.
Contoh : Andai kamu menjadi langit, maka dia menjadi tanah.
5)   Gaya Bahasa Alegori
Alegori adalah cerita yang dikisahkan dalam lambang-lambang; merupakan metafora yang diperluas.
Contoh : Si jago merah telah pergi, tinggal asap menyapu runtuhan di pasar minggu.
b.    Gaya Bahasa Pertentangan
1)   Gaya Bahasa Hiperbola
Hiperbola adalah gaya bahasa yang merupakan ungkapan yang melebih-lebihkan apa yang sebenarnya dimaksudkan : jumlahnya, ukurannya, atau sifatnya.
Contoh : Tabungannya berjuta-juta, emasnya berkilo-kilo, sawahnya berhektar-hektar karena dia orang kaya.
2)   Gaya Bahasa Ironi
Ironi adalah gaya bahasa yang menyatakan makna yang bertentangan dengan maksud berolok-olok.
Contoh : Aduh, bersihnya kamar ini, puntung rokok dan sobekan kertas bertebaran di lantai.
6.    Sudut pandang (point of view)
Sudut pandang (point of view) adalah cara pandang pengarang atau penulis dalam menyampaikan karyanya atau cara pengarang atau penulis dalam memandang permasalahan dalam karyanya. Macam-macam sudut pandang adalah sebagai berikut:
a.    Sudut pandang orang pertama
Yaitu kedudukan pengarang sebagai aktor atau pelaku utama dalam karyanya. Kata ganti yang digunakan sebagai kata ganti orang pertama biasanya aku, saya, kami, beta dan sebagainya.
b.   Sudut pandang orang ketiga
Yaitu kedudukan pengarang sebagai narator atau pencerita. Kata ganti yang digunakan sebagai kata ganti orang ketiga misalnya dia, mereka, ia.
c.    Sudut pandang gabungan
Yaitu kedudukan pengarang sebagai aktor sekaligus sebagai narator. Kata ganti yang digunakan menggunakan kata ganti orang pertama dan orang ketiga.
7.      Moral
Moral dalam sastra anak yang dimaksud adalah Fiksi mengandung penerapan moral dalam sikap dan tingkah laku para tokoh sesuai dengan pandangannya tentang moral melalui cerita, sikap, dan tingkah laku tokoh-tokoh usulan pembaca diharapkan dapat mengambil hikmah dari pesan-pesan moral yang disampaikan. Teknik penyampaian moral dikategorikan menjadi 2 macam, yaitu:
a.    Teknik penyampaian bersifat langsung
Teknik ini dilakukan melalui pelukisan watak tokoh yang bersifat uraian. Pengarang menyampaiakan nilai moral secara langsung dan eksplisit. Teknik secara langsung ini bersifat mengganti pembaca. Karena pengarang secara langsung memberikan petuahnya kepada pembaca.
b.   Teknik penyampaian secara tak langsung
Teknik secara tidak langsung ini dapat dilakukan melalui sikap dan tingkah laku tokoh dalam menghadapi peistiwa konflik, baik yang terlibat dalam tingkah laku verbal maupun terjadi dalam pikiran dan perasaan. Dalam teknik ini pembaca berusaha untuk menemukan, merenungkan dan menghayati nilai moral yang terkandung dalam karya sastra.
B.  Unsur Ekstrinsik Sastra Anak
Unsur ekstrinsik adalah unsur-unsur yang berada di luar karya sastra, tetapi secara tidak langsung memengaruhi bangunan atau sistem organisme karya sastra. Unsur ekstrinsik berperan sebagai unsur yang memengaruhi bagun sebuah cerita. Sebagaimana halnya unsur intrinsik, unsur ekstrinsik pun terdiri atas beberapa unsur yaitu :[4]
1.    Amanat
Amanat adalah pesan/kesan yang dapat memberikan tambahan pengetahuan, pendidikan, dan sesuatu yang bermakna dalam hidup yang memberikan penghiburan, kepuasan dan kekayaan batin kita terhadap hidup
2.    Nilai Informatif
Membaca sastra anak juga mendekatkan anak pada pengetahuan dan wawasan mengenai budaya dari berbagai daerah di Indonesia. Sehingga mendapatkan sebuah informasi baru. Misalnya membaca cerita rakyat “Terjadinya Danau Toba” anak akan mengetahui budaya dan nilai-nilai yang ada di Sumatera Utara, khususnya suku Batak. Kegiatan membaca sastra anak juga mampu mengembangkan cipta dan rasa. Anak-anak yang sejak kecil dibiasakan membaca karya sastra akan memiliki kepekaan perasaan yang jauh lebih baik dibanding anak yang kurang membaca karya sastra. Anak yang sering membaca karya sastra terasah perasaannya membaca bagaimana tokohtokoh dalam karya yang dibacanya bertingkah dan berwatak. Pengamatan pada tingkah laku dan watak tokoh dalam cerita yang beraneka warna akan memperkaya wawasan anak mengenai keragaman sikap dan watak manusia. Hal ini akan berkontribusi pada sikap anak yang mampu menghargai manusia dari berbagai sisi, baik sisi baik maupun sisi buruknya.
3.    Nilai Edukatif
Karya sastra mengandung nilai-nilai kebenaran yang bersifat edukatif dalam suatu budaya dan mengandung keberanian dalam menampilkannya. Hal itu bisa dalam berbagai tokoh dan karakter, atau dalam bentuk utuh sebagai manusia ataupun melalui fabel. Pada akhirnya diakui atau tidak, karya sastra mempunyai kedudukan yang tidak bisa dianggap remeh dalam mempertahankan atau merekam suatu budaya atau juga sebaliknya dalam membentuk kebudayaan baru tanpa menghilangkan nilai-nilai edukatif yang positif.




























BAB III
PENUTUP
A.  Kesimpulan
1.    Unsur Intrinsik merupakan unsur pembangun karya sastra yang berasal dari dalam karya itu sendiri.
2.    Unsur Intrinsik Sastra Anak terdiri dari :
a.    Alur
b.    Latar
c.    Penokohan
d.   Tema
e.    Moral
f.     Gaya bahasa
g.    Sudut pandang
3.    Unsur ekstrinsik adalah unsur-unsur yang berada di luar karya sastra, tetapi secara tidak langsung memengaruhi bangunan atau sistem organisme karya sastra.
4.    Unsur Ekstrinsik Sastra Anak terdiri dari :
a.    Amanat
b.    Nilai edukatif
c.    Nilai informatif
B.  Saran
Hendaknya makalah ini dapat dijadikan sebagai salah satu sumber pembelajaran dalam hal konsep apresiasi sastra anak bagi pembaca. Dan makalah ini bisa bermanfaat bagi banyak pihak, utamanya bagi penyusun dan pembaca.














DAFTAR RUJUKAN
Fauzan, Unsur Intrinsik Sastra Anak dalam http://fauzihusmiawan10.blogspot.co.id  diakses pada 2 April 2016
Mufidah, Unsur Intrinsik dan Ekstrinsik Sastra http://skp.unair.ac.id/repository/Guru-Indonesia/UNSURINTRINSIK-EK_Dra.I.Mufidah,M.Pd_15070.pdf Diakses pada 30 Maret 2016
Rohmatin, Unsur Intrinsik da Ekstrinsik Sastra, dalam https://jelajahduniabahasa.wordpress.com/2011/04/13/unsur-intrinsik-dan-ekstrinsik-karya-sastra/ diakses pada 30 Maret 2016
Wardani, Nugraheni Eko. Sastra Anak Sebagai Wahana Meningkatkan Keberaksaraan dan Budaya Literasi Anak, dalam http://s3pbi.fkip.uns.ac.id/wp-content/uploads/2016/01/Nugraheni-Eko-Wardani.pdf diakses pada 2 April 2016





[1]Rohmatin, Unsur Intrinsik da Ekstrinsik Sastra, dalam https://jelajahduniabahasa.wordpress.com/2011/04/13/unsur-intrinsik-dan-ekstrinsik-karya-sastra/ diakses pada 30 Maret 2016
[2]Mufidah, Unsur Intrinsik dan Ekstrinsik Sastra http://skp.unair.ac.id/repository/Guru-Indonesia/UNSURINTRINSIK-EK_Dra.I.Mufidah,M.Pd_15070.pdf Diakses pada 30 Maret 2016
[3] Fauzan, Unsur Intrinsik Sastra Anak dalam http://fauzihusmiawan10.blogspot.co.id  diakses pada 2 April 2016
[4] Nugraheni Eko Wardani, Sastra Anak Sebagai Wahana Meningkatkan Keberaksaraan dan Budaya Literasi Anak, dalam http://s3pbi.fkip.uns.ac.id/wp-content/uploads/2016/01/Nugraheni-Eko-Wardani.pdf diakses pada 2 April 2016

Tidak ada komentar:

Posting Komentar