BAB
I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Indonesia merdeka pada tahun 1945. Sebelum merdeka,
Indonesia merupakan wilayah jajahan bangsa-bangsa Barat, yaitu Portugis,
Spanyol, Inggris, Belanda, dan Jepang. Sebagaimana slogan Ir.
Soekarno “jas merah” yang
artinya jangan sekali-kali melupakan sejarah, kita sebagai warga
Indonesia hendaknya tidak melupakan perjalanan sejarah Bangsa Indonesia. Dalam
perjalanannya Indonesia pernah menjadi wilayah jajahan beberapa negara asing.
Bangsa
Portugis dan Spanyol merupakan dua bangsa yang pertama memasuki Nusantara.
Kedatangan keduanya ke Nusantara tentunya bukan tanpa alasan dan tanpa dampak
yang memengaruhi Nusantara. Sebagai warga Bangsa Indonesia sekaligus mahasiswa
kami sudah seharusnya mengetahui sejarah masuknya kedua bangsa tersebut ke
Nusantara. Oleh karena itu, perlu sebuah pembahasan tentang peristiwa tersebut
agar kami mengingat, memahami dan memiliki materi sejarah tersebut. Sehingga
kami membahasnya dalam makalah ini sekaligus sebagai salah satu tugas mata
kuliah Ilmu Pengetahuan
Sosial.
B.Rumusan
Masalah
Rumusan masalah dalam makalah ini
antara lain adalah sebagai berikut :
1.
Apa pengertian kolonialisme dan imperialisme ?
2.
Bagaimana proses dan tujuan masuknya Portugis di nusantara
?
3.
Bagaimana proses dan tujuan masuknya Spanyol di
nusantara ?
4.
Bagaimana kebudayaan pada masa Portugis dan Spanyol di
nusantara ?
5.
Bagaimana pengaruh masuknya Portugis dan Spanyol di
nusantara ?
C. Tujuan Pembahasan Masalah
Tujuan
pembahasan masalah dalam makalah ini adalah
1.
Mengetahui pengertian kolonialisme dan imperialisme.
2.
Menjabarkan proses dan tujuan masuknya Portugis di
nusantara.
3.
Menjabarkan proses dan tujuan masuknya Spanyol di
nusantara.
4.
Mengetahui kebudayaan pada masa Portugis dan Spanyol
di nusantara.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Kolonialisme dan Imperialisme.
Kolonialisme berasal dari kata colonus (colonia )yag berarti suatu
usaha untuk mengembagkan kekuasaan suatu negara diluar wilayah negara tersebut.
Kolonialisme pada umumnya bertujuan untuk mencapai dominasi ekonomi atas
sumberdaya, manusia, dan perdagangan disuatu wilayah. Wilayah koloni umumnya
adalah daerah-daerah yang kaya akan bahan mentah untuk keperluan negara yang
melakukan kolonialisme. Sedangkan imperialisme adalah usaha memperluas
kekuasaan suatu negara untuk menguasai negara lain.Imperialisme dapat dibagi
menjadi dua macam, yaitu imperialism kuno dan imperialism modern[1].
B. Proses dan Tujuan Masuknya Portugis di Nusantara.
Portugis masuk ke Nusantara (Indonesia)
di bawah pimpinan pelaut terkenalnya Alfonso de Albuquerque (1453-1515).
Alfonso arsitek utama akspansi Portugis ke Asia serta orang Eropa pertama yang
memulai kolonisasi Eropa selama berabad-abad atas Nusantara. Dari segi geografis, jalur yang dilewati bangsa Portugis
hingga sampai di Indonesia adalah menyusuri pantai barat Afrika hingga tiba di
Tanjung Harapan, kemudian tiba di Pelabuhan Malinda (Afrika Timur). Kemudian
berhasil tiba di ujung selatan Laut Merah yang disebut Babel Mandep (Gapura Air Mata), kemudian pada tahun 1498
tiba di Kalikut (India), yang akhirnya dilanjutkan ke Malaka dan Maluku. Dari
segi ekonomi, mata pencaharian penduduk saat itu adalah bercocok tanam,
terutama bercocok tanam rempah-rempah.
Sasaran pertama ekspedisi militernya
adalah Malaka. Ia tiba di tempat tersebut pada awal Juli 1511, dan pada tanggal
10 Agustus 1511 Malaka ditaklukkan. Setelah menguasai Malaka, pada tahun 1512, Portugis
menjalin komunikasi dengan Kerajaan Pajajaran (bercorak Hindu) untuk
menandatangani perjanjian dagang, terutama lada (dari segi politik). Perjanjian
dagang tersebut kemudian diwujudkan pada tahun 1522 dalam bentuk dokumen
kontrak.[2]Perjajian tersebut disebut dengan Perjajian Sunda
Kelapa, yang isinya adalah sebagai berikut :
1. Portugis diijinkan mendirikan benteng di Sunda Kelapa.
2. Pajajaran akan menerima barang-barang yang dibutuhkan
dari Portugis
termasuk senjata.
3. Portugisakan
memperoleh lada dari pajajaran menurut kebutuhannya.[3]
Persekutuan Portugis-Pajajaran kemudian mencemaskan
kerajaan-kerajaan Islam di Jawa terutama Kesultanan Demak (1475-1548). Khawatir
akan pendudukan Portugis,
Demak menyerang Pajajaran pada tahun 1526 dan 1527. Kemungkinan besar karena
terdesak serta mendapat perlawanan sengit dari Kesutanan Demak, kelak Portugis
lebih banyak beroperasi di Kepulauan Rempah-Rempah, yaitu Maluku, sampai
disingkirkan oleh Belanda ke Pulau Timor, Solor, dan Flores pada tahun 1599.
Portugis melakukan
ekspedisi ke daerah utama penghasil rempah-rempah, yaitu Maluku, pada tahun
1512. Karena dari segi
geografi, kondisi wilayah Portugis terdapat musim dingin sehingga memerlukan
rempah-rempah sebagai bahan dasar makanan penghangat tubuh. Pengaruh
lokasi telah memberikan perbedaan iklim dan kondisi tanah di nusantara dan
Eropa. Hal ini mengakibatkan hasil bumi yang diperoleh juga berbeda3.
Oleh karena itu Bangsa Eropa khususnya Portugis termotivasi untuk mencari
daerah yang terdapat bahan penghangat tubuh. Ekspedisi pelayaran di Portugis
dipimpin oleh utusan Alburquerque bernama Antonio de Abreu dan Francisco
Serrao. Mereka membuang sauh atau berlabuh di Kepulauan Banda dan Kepulauan
Penyu, dan Ternate. Mereka juga merintis poros perdagangan
Ternate-Malaka-Goa-Lisbon.
Dilihat dari
segi politik,Portugis menjalin persekutuan dengan Kesultanan
Ternate. Ternate berkepentingan untuk menerima Portugis, yaitu untuk
mengimbangi Tidore. Sejak kemunculannya pada pertengahan abad ke-13, Kesultanan
Ternate dan Tidore sudah berebut hegemoni. Ternate merangkul Portugis pada
tahun 1512, sedangkan Tidore bersekutu dengan Spanyol pada tahun 1522.Akibat
adanya politik adu domba yang dilakukan maka kedua kerajaan menjadi saling
bermusuhan sehingga mudah dimasuki pengaruh dari luar4. Tidak hanya
kedua kerajaan saja yang saling bermusuhan, banyak kerajaan lain yang juga
berpengaruh dan menjadi saling perang.
Pengetahuan bangsa Portugis tentang bagaimana
keadaan masyarakat di Nusantara sudah diketahui pada waktu yang lama. Berita
tentang keadaan masyarakat ada masa kerajaan ditulis oleh tokoh-tokoh yang
sebelumnya sudah datang di Nusantara kemudian disebarluaskan untuk kepentingan
kekuasaan. Dengan mengetahui keadaan dan karakteristik masyarakat maka dengan
mudah penguasa dan jajarannya mengatur strategi untuk bisa menguasai daerah
tersebut. Mereka memanfaatkan berita tentang keadaan masyarakat untuk hal yang
sebenarnya kurang baik. Memang sangat berguna untuk penguasa yang mempunyai
kekuatan, namun nasib masyarakat di daerah yang dikuasai pasti akan tidak
nyaman. Jadi pada dasarnya ilmu antropologi sudah berkembang pada jaman dahulu,
hanya saja belum terintegrasi menjadi suatu keilmuan. Bahkan bisa jadi ilmu
antropologi merupakan ilmu yang sudah sangat tua dan terus berkembang hingga sekarang
entah dengan tujuan baik atau tujuan yang lain.
Dari
segi sosiologi, interaksi antara penduduk pribumi dengan bangsa Portugismenyebabkan
ketidaknyamanan penduduk pribumi. Sebagaimana yang telah
diketahui berdasarkan keterkaitan dengan antroplogi, masyarakat yang tidak
nyaman adalah yang dikuasai bangsa lain. Sehingga hal ini membuat penduduk
pribumi melakukan perlawanan yang salah satunya dipimpin oleh Sultan Baabullah
pada tahun 1575, serta kemudian
disingkirkan Belanda dari Ambon pada tahun 1599.Perlawanan ini berhasil
dikarenakan ada penyatuan antara masyarakat dan pihak kerajaan. Interaksi yang terjadi
antara penduduk pribumi dan Portugis menimbulkan keresahan, interaksi yang
demikian dinamakan dengan disosiatif. Interaksi disosiatif pada umumnya adalah
bentuk interaksi antar masyarakat yang menimbulkan persaingan dan pertentangan
sehingga mengakibatkan keadaan tidak nyaman. Dengan kata lain bentuk interaksi
ini dalah interaksi yang negatif[4].
Faktor
lain yang
memengaruhi orang Portugis mencari jalan ke kepulauan rempah-rempah adalah
faktor ekonomi, agama, dan faktor petualangan. Faktor petualangan inilah yang
menimbulkan keinginan untuk menjelajah
lautan ke tempat-tempat yang belum dikenal. Dengan dorongan ketiga faktor itu mereka mulai
melakukan perjalanan menyusuri pantai barat Afrika ke selatan lalu membelok ke
pantai timur Afrika kemudian menuju utara. Didaerah Babel-mandep mereka bertemu
dengan pedagang-pedagang Islam yang sejak berabad-abad telah melakukan
perdagangan antara kepulauan Indonesia, Persia, dan Laut Merah[5].
Maksud
utama Portugis
menduduki Malaka adalah untuk menguasai perdagangan yang melalui Selat Malaka (dari segi ekonomi). Karena orang Portugis
hendak menguasai perdagangan antara pelabuhan-pelabuhan di India yaitu di
Gujarat, Benggala, dan Golkonda dengan Malaka yang diangkut melalui selat
Malaka.[6] Akhirnya Portugis
berhasil menguasai perdagangan rempah-rempah di Maluku.
Selain mengadakan monopoli perdangan rempah-rempah di
Maluku, Portugis juga aktif menyebarkan agama Kristen (Katolik) dengan tokohnya
yang terkenal ialah Franciscus Xaverius. Portugis ini tidak hanya memusatkan
kegiatanya di Indonesia Timur (Maluku), tetapi juga ke Indonesia bagian Barat
(Pajajaran).
Paham
merkantalisme mendorong semangat bangsa-bangsa Eropa untuk mencari kekayaan
sebanyak-banyaknya sebagaimana penjelasan sebelumnya. Semangat mencari kekayaan
tersebut beriringan dengan semangat mencapai kejayaan dan kesucian. Dalam
melakukan perjalanan ke Indonesia, bangsa-bangsa Barat menginginkan kejayaan
(kemenangan) sekaligus kesucian, yakni menyebarkan agama Kristen. Tiga semangat
tersebut (kekayaan, kejayaan, dan kesucian) menjadi semboyan perjalanan
bangsa-bangsa Eropa yang terkenal dengan 3G atau Gold(emas), Glory(kejayaan)
dan Gospel(kesucian)[7].
Semua
faktor yang dilihat dari sejarahnya, faktor geografi, ekonomi, antropologi, sosiologi,
dan politik, semuanya saling berkaitan satu sama lain. Peristiwa proses dan
tujuan masuknya bangsa Eropa khususnya Portugis tidak hanya disebabkan oleh
satu hal saja, melainkan banyak hal yang berkaitan dengan ilmu sosial. Semua
faktor yang memengaruhi akan saling menguatkan satu sama lainnya. Begitu juga
dengan keteraitan antar ilmu sosial yang dengan sudut pandang ilmunya masing-masing,
keterkaitan tersebut mampu memperkuat suatu kajian ilmiah tentang berbagai peristiwa.
C. Proses dan Tujuan Masuknya Spanyol di
Nusantara.
Bangsa Spanyol berada
di Indonesia dari tahun 1521-1529. Terlebih dahulu masuk ke Filipina. Melalui Ferdinand Magellan, Spanyol
berhasil mencapai Kepulauan Maluku pada tahun 1521 dibawah pimpinan Sebastian
del Cano. Pelaut-pelaut Spanyol kemudian membangun persekutuan dengan
Kesultanan Tidore. Kesultanan Tidore yang lama terlibat persaingan ekonomi dan
politik dengan Kesultanan Ternate memerlukan sekutu, untuk mengimbangi Ternate
yang sudah lebih dahulu bersekutu dengan Portugis.Dari segi geografi, jalur yang ditempuh bangsa Spanyol
hingga sampai di Indonesia adalah bangsa Spanyol tiba di Filipina, kemudian
melewati perairan Maluku dan Banda.
Kedatangan Spanyol di Tidore membuat Portugis
merasa terganggu. Maka, terjadilah konflik di antara kedua negara tersebut.
Untuk menyelesaikan konflik, Portugis dan Spanyol melakukan perundingan di
Saragosa, pada tahun 1529
(dari segi politik). Hasilnya adalah Spanyol harus
meninggalkan Maluku untuk kemudian mendapatkan Filipina dan Portugis tetap
berkuasa di Maluku[8]. Isi perjanjian Saragosa secara detail adalah sebagai
berikut :
1.PedagangPortugis
menguasai daerah perdagangan dari Maluku sampai ke Tanjung Harapan.
2. Pedagang
Spanyol menguasai perdagangan di Filipina.
Sudah sejak lama bangsa Indonesia sudah
terlibat secara aktif dalam pelayaran dan perdagangan internasional antara
dunia barat (Eropa) dengan dunia timur (China) yang melewati selat Malaka[9].
Indonesia tidak hanya sebagai daerah pemasaran saja melainkan juga sebagai
pemasok hasil produksi. Hasil produksi yang melimpah tidak bisa terlepas dari
faktor geografi khususnya tanah yang sangat subur dan kondisi iklim yang
stabil. Tanah di Indonesia sangat subur karena berdekatan dengan gunung api yang meletus membuat tanaman cepat
tumbuh. Kondisi air untuk menyuburkan tanah juga tersedia dengan melimpah
karena adanya sungai-sungai besar yang terawat. Iklim yang tidak ekstrem juga
mempengaruhi kondisi tanaman untuk berkembang biak menjadi banyak.
Kondisi laut Indonesia
sebagai sarana pelayaran antar daerah bahkan pelayaran internasional cukup stabil.
Hampir tidak ada ombak besar yang menerjang kapal sehingga bangsa asing tidak
takut mengarungi lautan. Keadaan geografis seperti ini sangat menguntungkan
untuk perdagangan internasional. Hal ini didukung pula dengan kecanggihan
teknologi kapal. Kapal layar sudah mampu menggunakan mesin dan mampu mengangkut
barang yang banyak. Maka dari itu tidak mengherankan apabila Indonesia mampu
menjadi pusat perdagangan
dan lalulintas internasional.
Perjalanan laut untuk perdagangan yang ramai pada masa itu tidak
terlepas dari perjalanan darat pada masa sebelumnya. Perjalanan dagang melalui
darat dilakukan oleh bangsa Indonesia dengan bangsa asia seperti Arab, India,
Persia dan lain-lain. Jalan darat ditempuh karena pada saat itu sistem pelayaran
kurang terkenal dan kondisi alam masih memungkinkan untuk melakukan perjalanan
lewat darat. Produk pribumi bisa terkenal sampai di Eropa dikarenakan transaksi
dagang melalui darat, jalur ini dikenal juga dengan jalur sutra. Dengan
terkenalnya produk unggulan Indonesia yaitu rempah-rempah maka bangsa Eropa
salah satunya Spanyol bersemangat untuk berlayar mengarungi samudra demi
mencari produk tersebut[10].
Faktor ekonomi masyarakat pada saat itu
juga masih stabil karena mudahnya untuk memenuhi kebutuhan. Keadaan masyarakat di Indonesia sangat bervariasi
demikian juga produk-produk yang dihasilkan. Sumber daya yang melimpah ini
termasuk hal yang memengaruhi pihak asing datang di Indonesia[11].
Sebagaimana Portugis, untuk bangsa Spanyol sendiri datang ke Indonesia juga
karena faktor ekonomi yaitu mencari komoditas bahan penghangat seperti
rempah-rempah. Bahan ini akan di kirim di negara asalnya untuk dijual dan
memenuhi kebutuhan hidup warga negaranya. Oleh karena itu pihak pemerintahan
Spanyol juga memberikan dukungan untuk mencari rempah-rempah di Indonesia.
Pemerintah Spanyol
melalui armada pelayarannya mengajak kerjasama dengan salah satu kerajaan di
Indonesia untuk
kepentingan perdagangan. Namun karena adanya perselisihan
dengan bangsa lain maka Spanyol sendiri meninggalkan Indonesia dan mencari
daerah lain yang potensial. Hal semacam ini sudah biasa dalam politik atau
pemerintahan, apapun bisa dilakukan untuk kepentingan kekuasaan. Dikarenakan durasi Spanyol
tidaklah lama di Indonesia maka data tentang kepentingan politik dengan
Indonesia juga tidaklah banyak. Referensi yang secara detail membahas Spanyol
dan Portugis juga kurang diminati
karena masih kalah pengaruh dibandingkan dengan kolonialisme bangsa lain yaitu
Belanda.
Apabila ditinjau dari segi sosiologis maka kondisi masyarakat
pada kedatangan Spanyol juga hampir sama dengan masa kedatangan Portugis.
Interaksi yang terjadi antar penduduk pribumi dan asing sering menimbulkan
persaingan maupun pertentangan. Kondisi ini dirasa kurang nyaman oleh
masyarakat sehingga menimbulkan peperangan dan adu strategi untuk mengusir
pihak asing. Namun demikian tetap ada interaksi yang bersifat positif dan
menimbulkan pengaruh yang baik pula. Tidak semua pihak senantiasa memerangi
bangsa Spanyol karena
mereka sudah ada ikatan dagang yang saling menguntungkan.
D. Kebudayaan pada Masa Portugis dan
Spanyol di Nusantara.
Di bidang budaya, makin meluas pengaruh kehidupan
Barat dalam lingkungan kehidupan tradisional. Tata cara kehidupan Barat seperti
cara bergaul, gaya hidup,
cara berpakaian dan pendidikan mulai
dikenal dikalangan atas atau istana.
Sementara itu, beberapa tradisi dilingkungan istana mulai luntur. Tradisi
keagamaan rakyat juga mulai terancam. Dikalangan penguasa timbul kekhawatiran
bahwa pengaruh kehidupan Barat mulai merusak nilai-nilai kehidupan tradisional.
Tantanganyang kuat terutama dari kalangan pimpinan agama yang memandang
kehidupanBarat bertentangan dengan norma-norma ajaran agama Islam. Orientasi
keagamaanseperti ini, terdapat juga di kalangan para bangsawan dan pejabat-pejabat
istanayang patuh kepada agama. Dalam suasana kritis, pandangan keagamaan ini
dijadikandasar ajakan untuk melakukan perlawanan[12].
Selain
budaya negatif, ada juga budaya positif yang dibawa oleh bangsa Barat, yaitu
budaya makan pedas yang dibawa masyarakat Spanyol, budaya makan pedas ini
terkenal dengan nama makan
"pidis" yang di ramu dengan
berbagai bumbu masak yang diperkenalkan pelaut Spanyol menyebar pesat dan
menjadi kegemaran masyarakat Minahasa. Sampai saat ini, budaya makan pidis masih mendarah daging dilingkungan
masyarakat Minahasa dan Manado, mereka gemar memakan daging apa saja yang
dimasak pedas, hingga timbul slogan “pidis
mar sadap” yang artinya pedas itu sedap. Daging yang dimasak untuk makanan
pidis ini tidak seperti masakan pada umumnya di Jawa, yaitu daging b2 (babi),
RW (anjing), paniki (kelelawar), bahkan
daging tikus.
E. Pengaruh Masuknya Portugis dan Spanyol
di Nusantara.
1. Pengaruh masuknya Portugis di Indonesia
a.
Dalam bidang kesenian
Bangsa Portugis meninggalkan kesenian yang berupa balada-balada keroncongyang
diiringi gitar.
b.
Nama dan perkampungan
Di daerah Ambon masih banyak ditemukan nama-nama keluarga yang berasal
dari Portugis, misalnya da Costa, Dias, de Fretas, Gonsalves, Mendoza,
Rodrigues, dan da Silva.
c.
Bidang bahasa / kosakata
Menurut Antonio Pinto da Franca dalam bukunya Portuguese Influence in
Indonesia yang dikutip oleh Th pardede dalam blognya ada 75 kata di Indonesia
yang berasal dari bahasa Portugis, diantaranya adalah bangku (benco), jendela (janela), beranda (varanda),
boneka (boneca), meja (mesa), sepatu (sapato), bendera (bandaera),
sekolah (escola), bolu (bolo), kampong (campo), kereta (carreta),
palsu (falso), dan masih banyak lagi
yang lain[13].
d.
Dalam bidang agama
Masyarakat Indonesia bagian Timur kebayakan
memeluk agama Katolik yang awalnya disebarkan oleh bangsa Portugis.
e.
Pangan dan pertanian
Untuk
memperkaya jenis-jenis pangan didaerah jajahannya, orang-orang Portugis juga
membawa bibit dan tanaman yang dibawa dari sebuah negeri yang berhasil
ditaklukkan, baik di Asia maupun di Amerika, untuk ditanam di negeri lainnya
yang belum memiliki komoditas itu. Komoditas ini adalah anggur, tomat, avokad, dan ketela
untuk ditanam di Maluku.
Selain hal tersebut, peninggalan Portugis yang masih dapat kita jumpai
adalah cara berkebun (menanam bunga dipekarangan), makanan (serikaya, bika, ketela, pastel), cara
pengawetan makanan (acar) dan alat-alat rumah tangga seperti garpu.
f.
Dalam bidang pendidikan
Pada1536,
penguasa Portugis di Maluku bernama Antonio Galvanomendirikan sekolah seminari
untuk anak-anak dari pemuka-pemuka pribumi. Selain pelajaran agama, diajarkan
juga membaca,menulis, dan berhitung. Sekolah serupa didirikan di pulau Solor,
yang muridnya mencapai 50 orang. Sekolah ini diketahui memakai bahasa latin.
Murid-murid bumiputra yang ternyata dapat mengikuti dan ingin melanjutkan,
dapat melanjutkan studinya di Goa, pusat kekuatan Portugis di asia. Sedangkan,
Franciscus Xaverius pada 1547 pergi ke Goa dari Ternate dengan membawa
pemuda-pemuda maluku untuk melanjutkan pendidikan di Goa.[14]
Juga didirikan sekolah Volkschool (sekolah rakyat) dan voorvolkschool di
Tanjung sakti. Dalam sekolah ini, biaya pendidikan sebagian besar ditanggung
oleh rakyat. Masa pendidikan disekolah ini adalaah tiga tahun, mata pelajaran
yang diajarkan adalah keterampilan dasar membaca, berhitung dan keterampilan
praktis. Diajarkan dalam bahasa daerah[15].
Ciri-ciri pendidikan dimasa Portugis ini
antara lain adalah sebagai berikut :
1)
Menggunakan metode ceramah, menghapal, dan mengkaji
ulang pekerjaan.
2)
Yang memberika pelajaran (mengajar) dipanggil pastur
atau pendeta.
3)
Waktu belajar pada hari minggu.
4)
Bersifat klasikal[16].
2. Pengaruh masuknya Spanyol di Indonesia
a. Agama
Penyebaran
Kristen (Katolik) di daerah Tidore. Selain bertujuan untuk mencari
rempah-rempah yang ada di Indonesia, bangsa Spanyol juga memiliki tujuan untuk
menyebarkan agama Kristen Katolik. Hal ini dibuktikan dengan masyarakat yang
tinggal diwilayah Indonesia bagian Timur sebagian besar memeluk agama Kristen
(Katolik).
b. Ekonomi dan politik
Terjadinya
politik kerjasama perdagangan. Hal ini
menyebabkan perekonomian penduduk Indonesia menjadi semakin baik karena
pelabuhan Manado menjadi jalur persinggahan niaga komoditi ekspor ke Pasifik.
c. Budaya kuliner
Budaya kuliner yang dibawa oleh bangsa
Spanyol yaitu budaya makan “pidis”
atau dalam bahasa Indonesia yaitu makan pedas. Selain itu ada juga budaya Panada yang
berbentuk kue. Kue ini berasal dari penduduk Amerika-Latin
yang di bawa oleh Spanyol melalui lintasan Pasifik. Ada sedikit perbedaan
antara kue Panada yang ada di Amerika Serikat da di Indonesia khususnya wilayah
timur (Minahasa), yaitu adonan panada, di isi dengan daging sapi ataupun domba,
sedangkan panada khas Minahasa di isi dengan ika[17].
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Kolonialisme adalah usaha mencapai dominasi ekonomi
atas sumberdaya, manusia, dan perdagangan disuatu wilayah sedangkan
imperialisme adalah usaha memperluas kekuasaan suatu negara untuk menguasai
negara lain.
2. Dari segi geografis, jalur yang dilewati bangsa
Portugis hingga sampai di Indonesia adalah menyusuri pantai barat Afrika hingga
tiba di Tanjung Harapan, kemudian tiba di Pelabuhan Malinda (Afrika Timur).
Kemudian berhasil tiba di ujung selatan Laut Merah yang disebut Babel
Mandep (Gapura Air Mata), kemudian pada
tahun 1498 tiba di Kalikut (India), yang akhirnya dilanjutkan ke Malaka dan
Maluku.Maksud
utama Portugis
menduduki Malaka adalah untuk menguasai perdagangan yang melalui Selat Malaka (dari segi ekonomi).
3. Dari segi geografi, jalur
yang ditempuh bangsa Spanyol hingga sampai di Indonesia adalah bangsa Spanyol
tiba di Filipina, kemudian melewati perairan Maluku dan Banda.Tujuan bangsa
Spanyol datang ke Indonesia komoditas bahan penghangat seperti
rempah-rempah. Bahan ini akan di kirim di negara asalnya untuk dijual dan
memenuhi kebutuhan hidup warga negaranya. Oleh karena itu pihak pemerintahan
Spanyol juga memberikan dukungan untuk mencari rempah-rempah di Indonesia.
4. Kebudayan pada masa Portugis dan Spanyol di
nusantara antara lain adalalah cara berpakaian, cara bergaul, dan gaya hidup.
Ada juga budaya makan yang dikenal dengan makan pidis.
5. Pengaruh Portugis dan Spanyol di Indonesia ada
beberapa bidang, yaitu dalam bidang kesenian, nama dan perkampungan, bidang
bahasa / kosakata, bidang agama, pangan dan pertanian,bidang pendidikan dan budaya
kuliner.
B. Saran
1.
Bagi
pendidik
Sebaiknya
pendidik menguasai materi masuknya Portugis dan Spanyol agar dapat menyampaikan
kembali kepada peserta didik dengan benar.
2. Bagi calon pendidik
Hendaknya
calon pendidik menguasai materi masuknya Portugis dan Spanyol untuk bekal
mengajar nanti.
3. Bagi peserta didik
Hendaknya
peserta didik belajar dengan sungguh-sungguh mengenai materi masuknya Portugis
dan Spanyol untuk mendapatkan hasil yang maksimal.
DAFTAR RUJUKAN
Aspirasi ,Tim Penyusun. 2013. Sejarah
untuk SMA/MA semester 2 Program IPS. Surakarta : PT Widya Duta Grafika.
Hapsari,
Ratna dan M. Adil. 2015. Sejarah Indonesia Jilid 2 untuk SMK dan MAK Kelas
XI, Jakarta: PENERBIT ERLANGGA.
Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan Republik Indonesia.
2014.Ilmu Pengetahuan Sosial
SMP/MTs Kelas VIIISemester 1.Jakarta :Kemendikbud.
Listiyani,Dwi
Ari.2009. Sejarah untuk SMA / MA kelas XI.
Jakarta : Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional.
Ricklefs,M.C.Sejarah
Indonesia Modern. 1995.Yogyakarta
: UGM Press.
Rifa’i, Muhammad Sejarah Pendidikan Nasional dari Masa Klasik
Hingga Modern. 2011.Yogyakarta:Ar Ruzz Media.
Soekamto, Soerjono. Sosiologi
Suatu Pengantar, 2008.Jakarta:PT RajaGrafindo Persada.
Sulistyono, Singgih Tri. Pengantar Sejarah Maritim Indonesia. 2004. Jakarta:Dirjen
Dikti Depdiknas.
Thpardede, Era
Portugis dan Bangsa Spanyol di Indonesia, dalam http ://
thpardede.wordpress.com/2013/07/08/era-Portugis-dan-bangsa-spanyol-di-nusantara/
diakses pada 16 Maret 2016.
Tim
Nasional Penulisan Sejarah Indonesia. 2010.Sejarah Nasional Indonesia III. Jakarta
: Balai Pustaka.
______. Indonesia di Masa Kolonial Portugis dalam http://gudangartikelpendidikan.blogspot.co.id/2012/03/indonesia-di-masa-kolonial-Portugis-dan.html diakses pada 17 Maret 2016
[1]Tim
Penyusun Aspirasi, Sejarah untuk SMA/MA
semester 2 Program IPS. (Surakarta : PT Widya Duta Grafika. 2013) hal.3-4
[2]Ratna
Hapsari dan M. Adil, Sejarah Indonesia Jilid 2 untuk SMK dan MAK Kelas XI, (Jakarta:
PENERBIT ERLANGGA, 2015), hal. 10.
[3]Dwi
Ari Listiyani, Sejarah untuk SMA / MA
kelas XI, (Jakarta : Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional, 2009),
hal.105
3Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan Republik Indonesia. Ilmu
Pengetahuan Sosial SMP/MTs Kelas VIIISemester 1. (Kemendikbud, 2014), hal
63
4Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan Republik Indonesia. Ilmu
Pengetahuan Sosial SMP/MTs Kelas VIIISemester 1…,
hal 68
[5]Tim
Nasional Penulisan Sejarah Indonesia, Sejarah Nasional Indonesia III, (Jakarta
: Balai Pustaka, 2010) hal.344
[7] Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan Republik Indonesia. Ilmu
Pengetahuan Sosial SMP/MTs Kelas VIIISemester 1…hal 65
[8]Ratna
Hapsari dan M. Adil, Sejarah Indonesia Jilid 2 untuk SMK dan MAK…hal.
11-12
[9]Sulistyono, Singgih Tri. Pengantar Sejarah Maritim Indonesia.
(Jakarta:Dirjen Dikti Depdiknas, 2004), hal 30.
[12]Dwi
Ari Listiyani, Sejarah untuk SMA / MA
kelas XI…hal.117
[13]
Thpardede, Era Portugis dan Bangsa
Spanyol di Indonesia, dalam http ://
thpardede.wordpress.com/2013/07/08/era-Portugis-dan-bangsa-spanyol-di-nusantara/
diakses pada 16 Maret 2016
[14]Muhammad rifa’i, Sejarah Pendidikan Nasional dari Masa Klasik Hingga Modern.(Yogyakarta:Ar Ruzz Media, 2011), hal.
54-55
[15]M.C
Ricklefs, Sejarah Indonesia Modern, (
Yogyakarta : UGM Press, 1995), hal.240
[17]http://gudangartikelpendidikan.blogspot.co.id/2012/03/indonesia-di-masa-kolonial-Portugis-dan.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar