Selasa, 29 Maret 2016

Makalah Proses Masuknya Portugis dan Spanyol di Indonesia



BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Indonesia merdeka pada tahun 1945. Sebelum merdeka, Indonesia merupakan wilayah jajahan bangsa-bangsa Barat, yaitu Portugis, Spanyol, Inggris, Belanda, dan Jepang. Sebagaimana slogan Ir. Soekarno “jas merah” yang artinya jangan sekali-kali melupakan sejarah, kita sebagai warga Indonesia hendaknya tidak melupakan perjalanan sejarah Bangsa Indonesia. Dalam perjalanannya Indonesia pernah menjadi wilayah jajahan beberapa negara asing.
Bangsa Portugis dan Spanyol merupakan dua bangsa yang pertama memasuki Nusantara. Kedatangan keduanya ke Nusantara tentunya bukan tanpa alasan dan tanpa dampak yang memengaruhi Nusantara. Sebagai warga Bangsa Indonesia sekaligus mahasiswa kami sudah seharusnya mengetahui sejarah masuknya kedua bangsa tersebut ke Nusantara. Oleh karena itu, perlu sebuah pembahasan tentang peristiwa tersebut agar kami mengingat, memahami dan memiliki materi sejarah tersebut. Sehingga kami membahasnya dalam makalah ini sekaligus sebagai salah satu tugas mata kuliah Ilmu Pengetahuan Sosial.

B.Rumusan Masalah
            Rumusan masalah dalam makalah ini antara lain adalah sebagai berikut :
1.      Apa pengertian kolonialisme dan imperialisme ?
2.      Bagaimana proses dan tujuan masuknya Portugis di nusantara ?
3.      Bagaimana proses dan tujuan masuknya Spanyol di nusantara ?
4.      Bagaimana kebudayaan pada masa Portugis dan Spanyol di nusantara ?
5.      Bagaimana pengaruh masuknya Portugis dan Spanyol di nusantara ?

C. Tujuan Pembahasan Masalah
            Tujuan pembahasan masalah dalam makalah ini adalah
1.      Mengetahui pengertian kolonialisme dan imperialisme.
2.      Menjabarkan proses dan tujuan masuknya Portugis di nusantara.
3.      Menjabarkan proses dan tujuan masuknya Spanyol di nusantara.
4.      Mengetahui kebudayaan pada masa Portugis dan Spanyol di nusantara.
5.      Mengetahui  pengaruh masuknya Portugis dan Spanyol di nusantara.

 

BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Kolonialisme dan Imperialisme.
          Kolonialisme berasal dari kata colonus (colonia )yag berarti suatu usaha untuk mengembagkan kekuasaan suatu negara diluar wilayah negara tersebut. Kolonialisme pada umumnya bertujuan untuk mencapai dominasi ekonomi atas sumberdaya, manusia, dan perdagangan disuatu wilayah. Wilayah koloni umumnya adalah daerah-daerah yang kaya akan bahan mentah untuk keperluan negara yang melakukan kolonialisme. Sedangkan imperialisme adalah usaha memperluas kekuasaan suatu negara untuk menguasai negara lain.Imperialisme dapat dibagi menjadi dua macam, yaitu imperialism kuno dan imperialism modern[1].
B. Proses dan Tujuan Masuknya Portugis di Nusantara.
Portugis masuk ke Nusantara (Indonesia) di bawah pimpinan pelaut terkenalnya Alfonso de Albuquerque (1453-1515). Alfonso arsitek utama akspansi Portugis ke Asia serta orang Eropa pertama yang memulai kolonisasi Eropa selama berabad-abad atas Nusantara. Dari segi geografis, jalur yang dilewati bangsa Portugis hingga sampai di Indonesia adalah menyusuri pantai barat Afrika hingga tiba di Tanjung Harapan, kemudian tiba di Pelabuhan Malinda (Afrika Timur). Kemudian berhasil tiba di ujung selatan Laut Merah yang disebut Babel Mandep  (Gapura Air Mata), kemudian pada tahun 1498 tiba di Kalikut (India), yang akhirnya dilanjutkan ke Malaka dan Maluku. Dari segi ekonomi, mata pencaharian penduduk saat itu adalah bercocok tanam, terutama bercocok tanam rempah-rempah.
Sasaran pertama ekspedisi militernya adalah Malaka. Ia tiba di tempat tersebut pada awal Juli 1511, dan pada tanggal 10 Agustus 1511 Malaka ditaklukkan. Setelah menguasai Malaka, pada tahun 1512, Portugis menjalin komunikasi dengan Kerajaan Pajajaran (bercorak Hindu) untuk menandatangani perjanjian dagang, terutama lada (dari segi politik). Perjanjian dagang tersebut kemudian diwujudkan pada tahun 1522 dalam bentuk dokumen kontrak.[2]Perjajian tersebut disebut dengan Perjajian Sunda Kelapa, yang isinya adalah sebagai berikut :
1.      Portugis diijinkan mendirikan benteng di Sunda Kelapa.
2.      Pajajaran akan menerima barang-barang yang dibutuhkan dari Portugis
termasuk senjata.
3. Portugisakan memperoleh lada dari pajajaran menurut kebutuhannya.[3]
Persekutuan Portugis-Pajajaran kemudian mencemaskan kerajaan-kerajaan Islam di Jawa terutama Kesultanan Demak (1475-1548). Khawatir akan pendudukan Portugis, Demak menyerang Pajajaran pada tahun 1526 dan 1527. Kemungkinan besar karena terdesak serta mendapat perlawanan sengit dari Kesutanan Demak, kelak Portugis lebih banyak beroperasi di Kepulauan Rempah-Rempah, yaitu Maluku, sampai disingkirkan oleh Belanda ke Pulau Timor, Solor, dan Flores pada tahun 1599.
Portugis melakukan ekspedisi ke daerah utama penghasil rempah-rempah, yaitu Maluku, pada tahun 1512. Karena dari segi geografi, kondisi wilayah Portugis terdapat musim dingin sehingga memerlukan rempah-rempah sebagai bahan dasar makanan penghangat tubuh. Pengaruh lokasi telah memberikan perbedaan iklim dan kondisi tanah di nusantara dan Eropa. Hal ini mengakibatkan hasil bumi yang diperoleh juga berbeda3. Oleh karena itu Bangsa Eropa khususnya Portugis termotivasi untuk mencari daerah yang terdapat bahan penghangat tubuh. Ekspedisi pelayaran di Portugis dipimpin oleh utusan Alburquerque bernama Antonio de Abreu dan Francisco Serrao. Mereka membuang sauh atau berlabuh di Kepulauan Banda dan Kepulauan Penyu, dan Ternate. Mereka juga merintis poros perdagangan Ternate-Malaka-Goa-Lisbon.
Dilihat dari segi politik,Portugis menjalin persekutuan dengan Kesultanan Ternate. Ternate berkepentingan untuk menerima Portugis, yaitu untuk mengimbangi Tidore. Sejak kemunculannya pada pertengahan abad ke-13, Kesultanan Ternate dan Tidore sudah berebut hegemoni. Ternate merangkul Portugis pada tahun 1512, sedangkan Tidore bersekutu dengan Spanyol pada tahun 1522.Akibat adanya politik adu domba yang dilakukan maka kedua kerajaan menjadi saling bermusuhan sehingga mudah dimasuki pengaruh dari luar4. Tidak hanya kedua kerajaan saja yang saling bermusuhan, banyak kerajaan lain yang juga berpengaruh dan menjadi saling perang.
Pengetahuan bangsa Portugis tentang bagaimana keadaan masyarakat di Nusantara sudah diketahui pada waktu yang lama. Berita tentang keadaan masyarakat ada masa kerajaan ditulis oleh tokoh-tokoh yang sebelumnya sudah datang di Nusantara kemudian disebarluaskan untuk kepentingan kekuasaan. Dengan mengetahui keadaan dan karakteristik masyarakat maka dengan mudah penguasa dan jajarannya mengatur strategi untuk bisa menguasai daerah tersebut. Mereka memanfaatkan berita tentang keadaan masyarakat untuk hal yang sebenarnya kurang baik. Memang sangat berguna untuk penguasa yang mempunyai kekuatan, namun nasib masyarakat di daerah yang dikuasai pasti akan tidak nyaman. Jadi pada dasarnya ilmu antropologi sudah berkembang pada jaman dahulu, hanya saja belum terintegrasi menjadi suatu keilmuan. Bahkan bisa jadi ilmu antropologi merupakan ilmu yang sudah sangat tua dan terus berkembang hingga sekarang entah dengan tujuan baik atau tujuan yang lain.
Dari segi sosiologi, interaksi antara penduduk pribumi dengan bangsa Portugismenyebabkan ketidaknyamanan penduduk pribumi. Sebagaimana yang telah diketahui berdasarkan keterkaitan dengan antroplogi, masyarakat yang tidak nyaman adalah yang dikuasai bangsa lain. Sehingga hal ini membuat penduduk pribumi melakukan perlawanan yang salah satunya dipimpin oleh Sultan Baabullah pada tahun 1575,  serta kemudian disingkirkan Belanda dari Ambon pada tahun 1599.Perlawanan ini berhasil dikarenakan ada penyatuan antara masyarakat dan pihak kerajaan. Interaksi yang terjadi antara penduduk pribumi dan Portugis menimbulkan keresahan, interaksi yang demikian dinamakan dengan disosiatif. Interaksi disosiatif pada umumnya adalah bentuk interaksi antar masyarakat yang menimbulkan persaingan dan pertentangan sehingga mengakibatkan keadaan tidak nyaman. Dengan kata lain bentuk interaksi ini dalah interaksi yang negatif[4].
Faktor lain yang memengaruhi orang Portugis mencari jalan ke kepulauan rempah-rempah adalah faktor ekonomi, agama, dan faktor petualangan. Faktor petualangan inilah yang menimbulkan keinginan untuk  menjelajah lautan ke tempat-tempat yang belum dikenal. Dengan dorongan ketiga faktor itu mereka mulai melakukan perjalanan menyusuri pantai barat Afrika ke selatan lalu membelok ke pantai timur Afrika kemudian menuju utara. Didaerah Babel-mandep mereka bertemu dengan pedagang-pedagang Islam yang sejak berabad-abad telah melakukan perdagangan antara kepulauan Indonesia, Persia, dan Laut Merah[5].
Maksud utama Portugis menduduki Malaka adalah untuk menguasai perdagangan yang melalui Selat Malaka (dari segi ekonomi). Karena orang Portugis hendak menguasai perdagangan antara pelabuhan-pelabuhan di India yaitu di Gujarat, Benggala, dan Golkonda dengan Malaka yang diangkut melalui selat Malaka.[6]  Akhirnya Portugis berhasil menguasai perdagangan rempah-rempah di Maluku.
Selain mengadakan monopoli perdangan rempah-rempah di Maluku, Portugis juga aktif menyebarkan agama Kristen (Katolik) dengan tokohnya yang terkenal ialah Franciscus Xaverius. Portugis ini tidak hanya memusatkan kegiatanya di Indonesia Timur (Maluku), tetapi juga ke Indonesia bagian Barat (Pajajaran).
Paham merkantalisme mendorong semangat bangsa-bangsa Eropa untuk mencari kekayaan sebanyak-banyaknya sebagaimana penjelasan sebelumnya. Semangat mencari kekayaan tersebut beriringan dengan semangat mencapai kejayaan dan kesucian. Dalam melakukan perjalanan ke Indonesia, bangsa-bangsa Barat menginginkan kejayaan (kemenangan) sekaligus kesucian, yakni menyebarkan agama Kristen. Tiga semangat tersebut (kekayaan, kejayaan, dan kesucian) menjadi semboyan perjalanan bangsa-bangsa Eropa yang terkenal dengan 3G atau Gold(emas), Glory(kejayaan) dan Gospel(kesucian)[7].
Semua faktor yang dilihat dari sejarahnya, faktor geografi, ekonomi, antropologi, sosiologi, dan politik, semuanya saling berkaitan satu sama lain. Peristiwa proses dan tujuan masuknya bangsa Eropa khususnya Portugis tidak hanya disebabkan oleh satu hal saja, melainkan banyak hal yang berkaitan dengan ilmu sosial. Semua faktor yang memengaruhi akan saling menguatkan satu sama lainnya. Begitu juga dengan keteraitan antar ilmu sosial yang dengan sudut pandang ilmunya masing-masing, keterkaitan tersebut mampu memperkuat suatu kajian ilmiah tentang berbagai peristiwa.

C. Proses dan Tujuan Masuknya Spanyol di Nusantara.
Bangsa Spanyol berada di Indonesia dari tahun 1521-1529. Terlebih dahulu masuk ke Filipina. Melalui Ferdinand Magellan, Spanyol berhasil mencapai Kepulauan Maluku pada tahun 1521 dibawah pimpinan Sebastian del Cano. Pelaut-pelaut Spanyol kemudian membangun persekutuan dengan Kesultanan Tidore. Kesultanan Tidore yang lama terlibat persaingan ekonomi dan politik dengan Kesultanan Ternate memerlukan sekutu, untuk mengimbangi Ternate yang sudah lebih dahulu bersekutu dengan Portugis.Dari segi geografi, jalur yang ditempuh bangsa Spanyol hingga sampai di Indonesia adalah bangsa Spanyol tiba di Filipina, kemudian melewati perairan Maluku dan Banda.
Kedatangan Spanyol di Tidore membuat Portugis merasa terganggu. Maka, terjadilah konflik di antara kedua negara tersebut. Untuk menyelesaikan konflik, Portugis dan Spanyol melakukan perundingan di Saragosa, pada tahun 1529 (dari segi politik). Hasilnya adalah Spanyol harus meninggalkan Maluku untuk kemudian mendapatkan Filipina dan Portugis tetap berkuasa di Maluku[8]. Isi perjanjian Saragosa secara detail adalah sebagai berikut :
1.PedagangPortugis menguasai daerah perdagangan dari Maluku sampai ke Tanjung Harapan.
2. Pedagang Spanyol menguasai perdagangan di Filipina.
Sudah sejak lama bangsa Indonesia sudah terlibat secara aktif dalam pelayaran dan perdagangan internasional antara dunia barat (Eropa) dengan dunia timur (China) yang melewati selat Malaka[9]. Indonesia tidak hanya sebagai daerah pemasaran saja melainkan juga sebagai pemasok hasil produksi. Hasil produksi yang melimpah tidak bisa terlepas dari faktor geografi khususnya tanah yang sangat subur dan kondisi iklim yang stabil. Tanah di Indonesia sangat subur karena berdekatan dengan gunung api yang meletus membuat tanaman cepat tumbuh. Kondisi air untuk menyuburkan tanah juga tersedia dengan melimpah karena adanya sungai-sungai besar yang terawat. Iklim yang tidak ekstrem juga mempengaruhi kondisi tanaman untuk berkembang biak menjadi banyak.
Kondisi laut Indonesia sebagai sarana pelayaran antar daerah bahkan pelayaran internasional cukup stabil. Hampir tidak ada ombak besar yang menerjang kapal sehingga bangsa asing tidak takut mengarungi lautan. Keadaan geografis seperti ini sangat menguntungkan untuk perdagangan internasional. Hal ini didukung pula dengan kecanggihan teknologi kapal. Kapal layar sudah mampu menggunakan mesin dan mampu mengangkut barang yang banyak. Maka dari itu tidak mengherankan apabila Indonesia mampu menjadi pusat perdagangan dan lalulintas internasional.
Perjalanan laut untuk perdagangan yang ramai pada masa itu tidak terlepas dari perjalanan darat pada masa sebelumnya. Perjalanan dagang melalui darat dilakukan oleh bangsa Indonesia dengan bangsa asia seperti Arab, India, Persia dan lain-lain. Jalan darat ditempuh karena pada saat itu sistem pelayaran kurang terkenal dan kondisi alam masih memungkinkan untuk melakukan perjalanan lewat darat. Produk pribumi bisa terkenal sampai di Eropa dikarenakan transaksi dagang melalui darat, jalur ini dikenal juga dengan jalur sutra. Dengan terkenalnya produk unggulan Indonesia yaitu rempah-rempah maka bangsa Eropa salah satunya Spanyol bersemangat untuk berlayar mengarungi samudra demi mencari produk tersebut[10].
Faktor ekonomi masyarakat pada saat itu juga masih stabil karena mudahnya untuk memenuhi kebutuhan. Keadaan masyarakat di Indonesia sangat bervariasi demikian juga produk-produk yang dihasilkan. Sumber daya yang melimpah ini termasuk hal yang memengaruhi pihak asing datang di Indonesia[11]. Sebagaimana Portugis, untuk bangsa Spanyol sendiri datang ke Indonesia juga karena faktor ekonomi yaitu mencari komoditas bahan penghangat seperti rempah-rempah. Bahan ini akan di kirim di negara asalnya untuk dijual dan memenuhi kebutuhan hidup warga negaranya. Oleh karena itu pihak pemerintahan Spanyol juga memberikan dukungan untuk mencari rempah-rempah di Indonesia.
Pemerintah Spanyol melalui armada pelayarannya mengajak kerjasama dengan salah satu kerajaan di Indonesia untuk kepentingan perdagangan. Namun karena adanya perselisihan dengan bangsa lain maka Spanyol sendiri meninggalkan Indonesia dan mencari daerah lain yang potensial. Hal semacam ini sudah biasa dalam politik atau pemerintahan, apapun bisa dilakukan untuk kepentingan kekuasaan. Dikarenakan durasi Spanyol tidaklah lama di Indonesia maka data tentang kepentingan politik dengan Indonesia juga tidaklah banyak. Referensi yang secara detail membahas Spanyol dan Portugis juga kurang diminati karena masih kalah pengaruh dibandingkan dengan kolonialisme bangsa lain yaitu Belanda.
Apabila ditinjau dari segi sosiologis maka kondisi masyarakat pada kedatangan Spanyol juga hampir sama dengan masa kedatangan Portugis. Interaksi yang terjadi antar penduduk pribumi dan asing sering menimbulkan persaingan maupun pertentangan. Kondisi ini dirasa kurang nyaman oleh masyarakat sehingga menimbulkan peperangan dan adu strategi untuk mengusir pihak asing. Namun demikian tetap ada interaksi yang bersifat positif dan menimbulkan pengaruh yang baik pula. Tidak semua pihak senantiasa memerangi bangsa Spanyol karena mereka sudah ada ikatan dagang yang saling menguntungkan.
D. Kebudayaan pada Masa Portugis dan Spanyol di Nusantara.
       Di bidang budaya, makin meluas pengaruh kehidupan Barat dalam lingkungan kehidupan tradisional. Tata cara kehidupan Barat seperti cara bergaul, gaya hidup, cara  berpakaian dan pendidikan mulai dikenal dikalangan  atas atau istana. Sementara itu, beberapa tradisi dilingkungan istana mulai luntur. Tradisi keagamaan rakyat juga mulai terancam. Dikalangan penguasa timbul kekhawatiran bahwa pengaruh kehidupan Barat mulai merusak nilai-nilai kehidupan tradisional. Tantanganyang kuat terutama dari kalangan pimpinan agama yang memandang kehidupanBarat bertentangan dengan norma-norma ajaran agama Islam. Orientasi keagamaanseperti ini, terdapat juga di kalangan para bangsawan dan pejabat-pejabat istanayang patuh kepada agama. Dalam suasana kritis, pandangan keagamaan ini dijadikandasar ajakan untuk melakukan perlawanan[12].
Selain budaya negatif, ada juga budaya positif yang dibawa oleh bangsa Barat, yaitu budaya makan pedas yang dibawa masyarakat Spanyol, budaya makan pedas ini terkenal dengan nama makan "pidis" yang di ramu dengan berbagai bumbu masak yang diperkenalkan pelaut Spanyol menyebar pesat dan menjadi kegemaran masyarakat Minahasa. Sampai saat ini, budaya makan pidis masih mendarah daging dilingkungan masyarakat Minahasa dan Manado, mereka gemar memakan daging apa saja yang dimasak pedas, hingga timbul slogan “pidis mar sadap” yang artinya pedas itu sedap. Daging yang dimasak untuk makanan pidis ini tidak seperti masakan pada umumnya di Jawa, yaitu daging b2 (babi), RW (anjing),   paniki (kelelawar), bahkan daging tikus.
E. Pengaruh Masuknya Portugis dan Spanyol di Nusantara.
1. Pengaruh masuknya Portugis di Indonesia
a.       Dalam bidang kesenian
Bangsa Portugis meninggalkan kesenian yang berupa balada-balada keroncongyang diiringi gitar.
b.      Nama dan perkampungan
Di daerah Ambon masih banyak ditemukan nama-nama keluarga yang berasal dari Portugis, misalnya da Costa, Dias, de Fretas, Gonsalves, Mendoza, Rodrigues, dan da Silva.
c.       Bidang bahasa / kosakata
Menurut Antonio Pinto da Franca dalam bukunya Portuguese Influence in Indonesia yang dikutip oleh Th pardede dalam blognya ada 75 kata di Indonesia yang berasal dari bahasa Portugis, diantaranya adalah bangku (benco), jendela (janela), beranda (varanda), boneka (boneca), meja (mesa), sepatu (sapato), bendera (bandaera), sekolah (escola), bolu (bolo), kampong (campo), kereta (carreta), palsu (falso), dan masih banyak lagi yang lain[13].
d.      Dalam bidang agama
Masyarakat Indonesia bagian Timur kebayakan memeluk agama Katolik yang awalnya disebarkan oleh bangsa Portugis.
e.       Pangan dan pertanian
Untuk memperkaya jenis-jenis pangan didaerah jajahannya, orang-orang Portugis juga membawa bibit dan tanaman yang dibawa dari sebuah negeri yang berhasil ditaklukkan, baik di Asia maupun di Amerika, untuk ditanam di negeri lainnya yang belum memiliki komoditas itu. Komoditas ini adalah anggur, tomat, avokad, dan ketela untuk ditanam di Maluku.
Selain hal tersebut, peninggalan Portugis yang masih dapat kita jumpai adalah cara berkebun (menanam bunga dipekarangan), makanan  (serikaya, bika, ketela, pastel), cara pengawetan makanan (acar) dan alat-alat rumah tangga seperti garpu.
f.       Dalam bidang pendidikan
Pada1536, penguasa Portugis di Maluku bernama Antonio Galvanomendirikan sekolah seminari untuk anak-anak dari pemuka-pemuka pribumi. Selain pelajaran agama, diajarkan juga membaca,menulis, dan berhitung. Sekolah serupa didirikan di pulau Solor, yang muridnya mencapai 50 orang. Sekolah ini diketahui memakai bahasa latin. Murid-murid bumiputra yang ternyata dapat mengikuti dan ingin melanjutkan, dapat melanjutkan studinya di Goa, pusat kekuatan Portugis di asia. Sedangkan, Franciscus Xaverius pada 1547 pergi ke Goa dari Ternate dengan membawa pemuda-pemuda maluku untuk melanjutkan pendidikan di Goa.[14]
Juga didirikan sekolah Volkschool (sekolah rakyat) dan voorvolkschool di Tanjung sakti. Dalam sekolah ini, biaya pendidikan sebagian besar ditanggung oleh rakyat. Masa pendidikan disekolah ini adalaah tiga tahun, mata pelajaran yang diajarkan adalah keterampilan dasar membaca, berhitung dan keterampilan praktis. Diajarkan dalam bahasa daerah[15].
Ciri-ciri pendidikan dimasa Portugis ini antara lain adalah sebagai berikut :
1)   Menggunakan metode ceramah, menghapal, dan mengkaji ulang pekerjaan.
2)   Yang memberika pelajaran (mengajar) dipanggil pastur atau pendeta.
3)   Waktu belajar pada hari minggu.
4)   Bersifat klasikal[16].
2. Pengaruh masuknya Spanyol di Indonesia
a. Agama
          Penyebaran Kristen (Katolik) di daerah Tidore. Selain bertujuan untuk mencari rempah-rempah yang ada di Indonesia, bangsa Spanyol juga memiliki tujuan untuk menyebarkan agama Kristen Katolik. Hal ini dibuktikan dengan masyarakat yang tinggal diwilayah Indonesia bagian Timur sebagian besar memeluk agama Kristen (Katolik).
b. Ekonomi dan politik
               Terjadinya politik kerjasama perdagangan.  Hal ini menyebabkan perekonomian penduduk Indonesia menjadi semakin baik karena pelabuhan Manado menjadi jalur persinggahan niaga komoditi ekspor ke Pasifik.                                 
c. Budaya kuliner
Budaya kuliner yang dibawa oleh bangsa Spanyol yaitu budaya makan “pidis” atau dalam bahasa Indonesia yaitu makan pedas. Selain itu ada juga budaya Panada yang berbentuk kue. Kue ini berasal dari penduduk Amerika-Latin yang di bawa oleh Spanyol melalui lintasan Pasifik. Ada sedikit perbedaan antara kue Panada yang ada di Amerika Serikat da di Indonesia khususnya wilayah timur (Minahasa), yaitu adonan panada, di isi dengan daging sapi ataupun domba, sedangkan panada khas Minahasa di isi dengan ika[17].
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Kolonialisme adalah usaha mencapai dominasi ekonomi atas sumberdaya, manusia, dan perdagangan disuatu wilayah sedangkan imperialisme adalah usaha memperluas kekuasaan suatu negara untuk menguasai negara lain.
2. Dari segi geografis, jalur yang dilewati bangsa Portugis hingga sampai di Indonesia adalah menyusuri pantai barat Afrika hingga tiba di Tanjung Harapan, kemudian tiba di Pelabuhan Malinda (Afrika Timur). Kemudian berhasil tiba di ujung selatan Laut Merah yang disebut Babel Mandep  (Gapura Air Mata), kemudian pada tahun 1498 tiba di Kalikut (India), yang akhirnya dilanjutkan ke Malaka dan Maluku.Maksud utama Portugis menduduki Malaka adalah untuk menguasai perdagangan yang melalui Selat Malaka (dari segi ekonomi).
3. Dari segi geografi, jalur yang ditempuh bangsa Spanyol hingga sampai di Indonesia adalah bangsa Spanyol tiba di Filipina, kemudian melewati perairan Maluku dan Banda.Tujuan bangsa Spanyol datang ke Indonesia komoditas bahan penghangat seperti rempah-rempah. Bahan ini akan di kirim di negara asalnya untuk dijual dan memenuhi kebutuhan hidup warga negaranya. Oleh karena itu pihak pemerintahan Spanyol juga memberikan dukungan untuk mencari rempah-rempah di Indonesia.
4. Kebudayan pada masa Portugis dan Spanyol di nusantara antara lain adalalah cara berpakaian, cara bergaul, dan gaya hidup. Ada juga budaya makan yang dikenal dengan makan pidis.
5. Pengaruh Portugis dan Spanyol di Indonesia ada beberapa bidang, yaitu dalam bidang kesenian, nama dan perkampungan, bidang bahasa / kosakata, bidang agama, pangan dan pertanian,bidang pendidikan dan budaya kuliner.

B. Saran
1.      Bagi pendidik
          Sebaiknya pendidik menguasai materi masuknya Portugis dan Spanyol agar dapat menyampaikan kembali kepada peserta didik dengan benar.
2. Bagi calon pendidik
                        Hendaknya calon pendidik menguasai materi masuknya Portugis dan Spanyol untuk bekal mengajar nanti.
3. Bagi peserta didik
                        Hendaknya peserta didik belajar dengan sungguh-sungguh mengenai materi masuknya Portugis dan Spanyol untuk mendapatkan hasil yang maksimal.


 

DAFTAR RUJUKAN
Aspirasi ,Tim Penyusun. 2013.  Sejarah untuk SMA/MA semester 2 Program IPS. Surakarta : PT Widya Duta Grafika.
Hapsari, Ratna dan M. Adil. 2015. Sejarah Indonesia Jilid 2 untuk SMK dan MAK Kelas XI, Jakarta: PENERBIT ERLANGGA.
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia. 2014.Ilmu Pengetahuan Sosial SMP/MTs Kelas VIIISemester 1.Jakarta :Kemendikbud.
Listiyani,Dwi Ari.2009. Sejarah untuk SMA / MA kelas XI. Jakarta : Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional.
Ricklefs,M.C.Sejarah Indonesia Modern. 1995.Yogyakarta : UGM Press.
Rifa’i, Muhammad Sejarah Pendidikan Nasional dari Masa Klasik Hingga Modern. 2011.Yogyakarta:Ar Ruzz Media.
Soekamto, Soerjono. Sosiologi Suatu Pengantar, 2008.Jakarta:PT RajaGrafindo Persada.
Sulistyono, Singgih Tri. Pengantar Sejarah Maritim Indonesia.  2004. Jakarta:Dirjen Dikti Depdiknas.
Thpardede, Era Portugis dan Bangsa Spanyol di Indonesia, dalam http :// thpardede.wordpress.com/2013/07/08/era-Portugis-dan-bangsa-spanyol-di-nusantara/ diakses pada 16 Maret 2016.
Tim Nasional Penulisan Sejarah Indonesia. 2010.Sejarah Nasional Indonesia III. Jakarta : Balai Pustaka.
______. Indonesia di Masa Kolonial Portugis dalam http://gudangartikelpendidikan.blogspot.co.id/2012/03/indonesia-di-masa-kolonial-Portugis-dan.html diakses pada 17 Maret 2016



[1]Tim Penyusun Aspirasi, Sejarah untuk SMA/MA semester 2 Program IPS. (Surakarta : PT Widya Duta Grafika. 2013) hal.3-4
[2]Ratna Hapsari dan M. Adil, Sejarah Indonesia Jilid 2 untuk SMK dan MAK Kelas XI, (Jakarta: PENERBIT ERLANGGA, 2015),  hal. 10.
[3]Dwi Ari Listiyani, Sejarah untuk SMA / MA kelas XI, (Jakarta : Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional, 2009), hal.105
3Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia. Ilmu Pengetahuan Sosial SMP/MTs Kelas VIIISemester 1. (Kemendikbud, 2014), hal 63
4Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia. Ilmu Pengetahuan Sosial SMP/MTs Kelas VIIISemester 1…, hal 68
[4]Soerjono, Soekamto. Sosiologi Suatu Pengantar. 2008.  (Jakarta:PT RajaGrafindo Persada), hal 87
[5]Tim Nasional Penulisan Sejarah Indonesia, Sejarah Nasional Indonesia III, (Jakarta : Balai Pustaka, 2010) hal.344
[6]Ibid, hal.353
[7] Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia. Ilmu Pengetahuan Sosial SMP/MTs Kelas VIIISemester 1hal 65

[8]Ratna Hapsari dan M. Adil, Sejarah Indonesia Jilid 2 untuk SMK dan MAK…hal. 11-12
[9]Sulistyono, Singgih Tri. Pengantar Sejarah Maritim Indonesia. (Jakarta:Dirjen Dikti Depdiknas, 2004), hal 30.
[10]Sulistyono, Singgih Tri. Pengantar Sejarah Maritim Indonesia hal 36.
[11]Ibid, hal.33
[12]Dwi Ari Listiyani, Sejarah untuk SMA / MA kelas XI…hal.117
[13] Thpardede, Era Portugis dan Bangsa Spanyol di Indonesia, dalam http :// thpardede.wordpress.com/2013/07/08/era-Portugis-dan-bangsa-spanyol-di-nusantara/ diakses pada 16 Maret 2016
[14]Muhammad rifa’i, Sejarah Pendidikan Nasional dari Masa Klasik Hingga Modern.(Yogyakarta:Ar Ruzz Media, 2011), hal. 54-55
[15]M.C Ricklefs, Sejarah Indonesia Modern, ( Yogyakarta : UGM Press, 1995), hal.240
[16]Muhammad rifa’i, Sejarah Pendidikan Nasional dari Masa Klasik Hingga Modernhal. 57
[17]http://gudangartikelpendidikan.blogspot.co.id/2012/03/indonesia-di-masa-kolonial-Portugis-dan.html

Tidak ada komentar:

Posting Komentar