Selamat
siang kawan
Pada pertemuan ini ( 07-04-2015 ) membahas tentang hubungan
psikologi dengan agama dan sikap keberagaman ekstrinsik intrinsik. Sebenarnya
ga banyak siih yang bisa ku ingat, mungkin karena beberapa faktor yang tidak
bisa kusebutkan. Langsung aja yaa
Banyak tokoh psikologi yang
antagonis terhadap agama. William James misalnya, dia menganggap bahwa tokoh
agama adalah orang yang bisa mengaduk-aduk emosi orang lain. Misalnya saja saat
di pengajian, seorang penceramah bisa membuat jamaah pengajian tersebut
menangis dalam waktu yang bersamaan.
Sedangkan Sigmund Freud menganggap
tokoh agama sebagai universal obsessional neurosis. Sigmund Freud
merupakan tokoh Psikoanalisa yang membahas tentang id, ego, dan superego. Dalam
hal ini akan dijabarkan sebagai berikut :
1.
Dihargai
=> Setiap orang ingin dihargai, tapi kebanyakan orang tidak menghargai orang
lain.
2.
Didengar
=> Setiap orang ingin didengar, tetapi kebanyakan orang tidak mau mendengar
orang lain.
Ego : Semakin sehat
psikologi seseorang, maka semakin bisa ia menghargai dan mendengar orang lain.
Sekarang saya akan mencoba menulis
sedikit yang saya fahami dari pembahasan kedua yaitu sikap keberagaman
intrinsik ekstrinsik.
Ekstrinsik yaitu tampilan
fisik. Jadi ekstrinsik ini dapat kita lihat dengan mudah. Misalnya keseharian
atau gerak-gerik seseorang. Sedangkan Intrinsik yaitu nilai-nilai yang terkandung dalam
ekstrinsik. Intrinsik dan ekstrinsik sangat berkaitan, akan tetapi kita tidak
dapat melakukan intrinsik sebelum ekstrinsik. Misalnya saja “shalat berjamaah”.
Ekstrinsiknya adalah pahala yang didapatkan lebih banyak daripada shalat
sendirian. Sedangkan intrinsiknya yaitu dengan shalat berjamaah, kita dapat
menjalin silaturahmi dengan orang lain.
Dalam pertemuan ini juga sedikit
membahas tentang “Sejarah Awal Studi Islam”. Studi Islam sudah ada sejak zaman
Nabi Muhammad SAW.
Ada
kata-kata bijak yang bisa saya ingat dari perkuliahan kali ini. Yaitu :
Kita
tidak bisa merubah orang lain sesuai kehendak kita. Tetapi kita bisa merubah orang
lain melalui diri kita dengan cara merubah cara pandang kita terhadap orang
tersebut. Karena jika sejak awal kita
memandang seseorang negatif, maka semua yang dia lakukan menurut kita adalah
salah. Jika kita memandang seseorang dari sisi positif, maka semua yang dia
lakukan adlah benar. Karena “Musuhmu tidak akan membenarkan semua yang kamu
lakukan”.
Keberanian
dan kemauan sesorang untuk mengalah mencerminkan besarnya jiwa seseorang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar