Pagi
sobat
Metodologi Studi Islam sudah sampai pada bahasan “Studi Islam di
Barat” niih,, tentunya banyak pihak yang bertanya-tanya kan kenapa melakukan
setudi Islam di Barat ?? kenapa ga di Timur Tengah aja..?? Jangan salah kawan,
di Baratpun juga ada tokoh-tokoh besar Islam. Disini aku akan sedikit
menjabarkan tentang orang-orang Indonesia yang melakukan studi Islam di Barat.
Pada zaman Belanda, orang Indonesia
sekolah untuk kepentingan politik Belanda kawan. Kolonial Belanda menyekolahkan
penduduk pribumi di negerinya agar orang orang-orang Indonesia mengikuti
hal-hal yang dilakukan Belanda dan tunduk kepadanya karena merasa berhutang
budi. Yang bisa sekolah juga hanya kaum-kaum menengah yang tentunya hanya
sedikit. Hal ini terjadi sampai tahun
1871. Pada tahun 1871, orang Indonesia pertama yang menempuh pendidikan di
Belanda yaitu Raden Mas Ismangoen Danoewinoto.
Pada tahun 1900an, sudah mulai
banyak orang Indonesia yang bersekolah di Belanda. Bung Hatta misalnya.
Sebelum Indonesia merdeka, tidak ada
1 orangpun orang Indonesia yang melakukan studi Islam di Barat, yang ada adalah
studi umum. Orang pertama yang melakukan studi Islam di Barat yaitu M.Rasjidi (
menteri agama pertama di Indonesia ) di universitas Sorbone Perancis pada tahun
1954 dan mendapatkan gelar Dr.
Yang kedua yaitu Harun Nasution pada
tahun 1960an. Beliau juga yang memulai
membudayakan penulisan karya tulis untuk didiskusikan dalam perkuliahan. Beliau
ingin IAIN yang saat itu hanya ada dua yaitu di Jakarta dan Jogja menjadi Centre
of Excellent ( pusat keunggulan ) studi Islam.
Yang ketiga adalah Mukti Ali. Yaitu
seorang ahli Riset of Religion dan Comperatife Religion.
Ada tiga pendekatan yang digunakan
dalam studi Islam. Yaitu :
1.
Pendekatan
Filologis : Mempelajari Islam dari buku-buku Islam.
2.
Pendekatan
Ilmiah : Mempelajari Islam langsung dari masyarakat-masyarakat Islam.
3.
Pendekatan
Fenomenologi-interpretatif : Mempelajari Islam dengan cara melihat objek secara
natural tanpa merubah apapun meski kita punya pandangan sendiri.
Lalu ada juga pluralistic approach atau pendekatan plural.
Inti dari pendekatan ini yaitu aspek agama jangan dilihat dari 1 sudut pandang.
Dan pendekatan yang menghakimi justru akan mengurangi jumlah orang Islam. Jadi
jangan mudah menghakimi orang lain.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar