Nama
/ NIM : Rieska Seventina (
1725143244 )
Jurusan / Kelas :
PGMI / 2-B
Judul
Buku : Ilmu Pendidikan
Islam
Penulis : Dr.Zakiah Daradjat,
dkk
Penerbit :
PT Bumi Aksara, Jakarta
Tahun
Terbit : 2011
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Pandangan
Islam Terhadap Manusia
Manusia adalah makhluk Allah. Ia dan alam semesta bukan terjadi
sendirinya, tetapi dijadikan oleh Allah. Firman
Allah dalam surat Ar-Rum:40
اللَّهُ الَّذِي خَلَقَكُمْ ثُمَّ رَزَقَكُمْ ثُمَّ
يُمِيتُكُمْ ثُمَّ يُحْيِيكُمْ
Artinya
: “ Allahlah yang menciptakan kamu, kemudian memberimu rezeki, kemudian
mematikan kamu, kemudian menghidupkan kamu ( kembali di akhirat )....
Orang yang beribadah kepada Allah selalu disayangi Allah, kepadaNya
diturunkan ajaran melalui RasulNya, melalui ajaran inilah kita melihat dan
mengetahui pandangan Islam mengenai manusia. Prof.Dr Omar Muhammad al Taumi al
Syaibani memperincinya sebagai berikut :
1.
Kepercayaan
bahwa manusia makhluk yang paling mulia dialam ini.
2.
Kepercayaan
akan kemuliaan manusia.
3.
Kepercayaan
bahwa manusia itu ialah hewan yang berfikir.
4.
Kepercayaan
bahwa manusia itu mempunyai 3 dimensi, yaitu badan, akal, dan ruh.
5.
Kepercayaan
bahwa manusia dalam pertumbuhannya terpengaruh oleh faktor-faktor pembawaan (
warisan ) dan alam lingkungan.
6.
Kepercayaan
bahwa manusia mempunyai motivasi dan kebutuhan, serta sifat yang luas.
7.
Kepercayaan
bahwa adanya perbedaan antar manusia.
B.
Manusia
Sebagai Makhluk Yang Mulia
Sebagaimana
firman Allah dalam QS. Al-Isra’:70
وَلَقَدْ
كَرَّمْنَا بَنِي آدَمَ وَحَمَلْنَاهُمْ فِي الْبَرِّ وَالْبَحْرِ وَرَزَقْنَاهُمْ
مِنَ الطَّيِّبَاتِ وَفَضَّلْنَاهُمْ عَلَىٰ كَثِيرٍ مِمَّنْ خَلَقْنَا تَفْضِيلًا
Artinya
: “ Dan sesungguhnya telah kami muliakan anak-anak Adam ( manusia ). Kami
tempatkan mereka itu didarat dan dilaut. Kami beri mereka rezeki yang baik-baik dan kami
lebihkan mereka dari makhluk Kami yang lain”.
Oleh
karena itu, Allah melengkapinya dengan akal dan perasaan untuk dapat merasa dan memikirkan kehidupannya, hasil
dari pemikiran yang memberi kenikmatan untuk dirasakan. Manusia juga dibekali
dengan ilmu pengetahuan, dengan ilmu pengetahuan itu dirumuskan ilmu baru yang
digunakan dalam usahanya memenuhi kebutuhan hidupnya. Allah juga membekali
manusia dengan kebudayaan. Akibat dari manusia menggunakan akal pikirannya,
perasaan, dan ilmu pengetahuannya, tumbuhlah kebudayaan. Baik berbentuk sikap,
tingkah laku, cara hidup ataupun yang lainnya. Islam memandang manusia sebagai
makhluk pendukung dan pencipta kebudayaan. Dengan akal, ilmu, dan perasaan, ia
membentuk kebudayaan dan mewariskan kepada anak cucunya.
C.
Manusia
Sebagai Khalifah di Bumi
Hal
ini bersumber pada firman Allah QS. Al-Baqarah: 30
وَإِذْ
قَالَ رَبُّكَ لِلْمَلَٰٓئِكَةِ
إِنِّى جَاعِلٌ فِى ٱلْأَرْضِ خَلِيفَةً
Artinya
: “ Dan ingatlah, ketika Tuhanmu berkata kepada para malaikat : sesungguhnya
Aku akan menjadikan khalifah dimuka bumi...”
Setelah bumi ini diciptakan, Allah memandang bumi perlu didiami,
diurus, dan diolah. Untuk itu, manusia yang diserahi tugas dan jabatan
khalifah. Kemampuan bertugas ini adalah suatu anugrah yang sekaligus amanat
yang dibimbing suatu ajaran, yang pelaksanaannya merupakan tanggung jawab
manusia yang disebut khalifah. Untuk itu, Allah telah menciptakan manusia
sebagai makhluk yang lengkap dan utuh dengan sarana yang lengkap. Perintah
untuk menjalankan syari’at Islam dan bertanggung jawab ditujukan kepada manusia
yang utuh dan lengkap. Namun Islam tidak memandang seseorang sebagai manusia
yang utuh, tetapi juga sebagai anggota masyarakat. Memang Allah mewajibkan
manusia itu hidup berkelompok untuk saling berkenalan dan hidup bersama.
Sebagai anggota masyarakat, manusia harus bertanggung jawab. Ia
mendiami dan mengurus bumi dengan bekerja, memelihara, dan mengolahnya untuk
diambil manfaatnya. Dalam bekerja itu ia harus bertanggung jawab kepada Allah,
karena Allah senantiasa mengawasi perbuatannya.
D.
Manusia
Sebagai Makhluk Paedagogik
Makhluk paedagogik yaitu makhluk Allah yang dilahirkan membawa
potensi dapat dididik dan mendidik. Manusialah yang memiliki potensi tersebut
sehingga mampu menjadi khalifah dibumi, pendukung, pengembang kebudayaan.
Pikiran, perasaan, dan kemampuannya berbuat merupakan komponen dari fitrah
manusia. Sebagaimana fitrah Allah dalam QS. Ar-Rum : 30
فَأَقِمْ
وَجْهَكَ لِلدِّينِ حَنِيفًا ۚفِطْرَتَ
الَّهِ الَّتِي فَطَرَ النَّاسَ عَلَيْهَا ۚلَا
تَبْدِيلَ لِخَلْقِ الَّهِ
Artinya : “ ...( tegakkanlah ) fitrah Allah yang telah menciptakan
manusia berdasarkan fitrah itu. Tidak ada perubahan pada penciptaan Allah
itu...”
Firman Allah yang berbentuk potensi itu tidak akan mengalami
perubahan dengan pengertian bahwa manusia terus dapat berfikir, merasa, dan
bertindak serta terus berkembang. Hal inilah yang membedakan manusia dengan
yang lainnya dan membuat manusia istimewa.
BAB
II
LANDASAN
PENDIDIKAN ISLAM
A.
Al-Qur’an
Ajaran – ajaran yang berkenaan dengan iman tidak banyak dibicarakan
dalam Al-Qur’an, tidak sebanyak ajaran tentang amal perbuatan. Ini menunjukkan
bahwa amal itulah yang paling banyak dilaksanakan, sebab semua amal perbuatan
manusia dalam hubungannya dengan Allah, dengan dirinya dan dengan sesamanya,
dengan lingkungan serta makhluk lain termasuk amal shaleh.
Pendidikan termasuk kedalam usaha atau tindakan untuk membentuk
manusia. Pendidikan sangat penting karena ia ikut menentukan corak dan bentuk
amal dan kehidupan manusia.
Didalam
Al-Qur’an terdapat banyak ajaran yang berisi prinsip kegiatan usaha pendidikan.
Misalnya surat Luqman ayat 12 samapi 19 menjelaskan materi pendidikan yang
terdiri dari iman, akhlak ibadat, sosial dan ilmu pengetahuan. Ayat lain
menceritakan tujuan hidup, dan tentang nilai suatu kegiatan dan amal shaleh.
Pendidikan Islam harus didasarkan pada Al-Qur’an sebagai sumber utama dalam
merumuskan berbagai teori-teori pendidikan.
B.
As-sunnah
As-Sunnah ialah perkataan, perbuatan ataupun pengakuan Rosul
Allah SWT. Yang dimaksud pengakuan itu
adalah kejadian / perbuatan orang lain yang diketahui Rosululloh dan beliau
membiarkan saja kejadian tersebut. Karena dengan As-Sunnah kita bisa mengetahui
hal yang baik / diperbolehkan dan hal yang dilarang. Jadi As-Sunnah merupakan
sumber dan landasan pendidikan Islam yang kedua setelah Al-Qur’an.
C.
Ijtihad
Ijtihad adalah istilah para fuqaha, yaitu berfikir dengan
menggunakan seluruh ilmu yang dimiliki oleh
ilmuwan syari’at Islam untuk menetapkan / menentukan suatu hukum syariat Islam
dalam hal-hal yang ternyata belum ditegaskan hukumnya oleh Al-Qur’an dan
As-Sunnah. Ijtihad dalam hal ini dapat saja meliputi seluruh aspek kehidupan
termasuk aspek pendidikan, tetapi tetap berpedoman pada Al-Qur’an dan
As-Sunnah.
Sasaran Ijtihad adalah segala sesuatu yang diperlukan dalam
kehidupan, yang senantiasa berkembang.
Ijtihad dalam pendidikan harus tetap bersumber dari Al-Qur’an dan
As-Sunnah yang diolah oleh akal sehat dari para ahli pendidikan Islam. Ijtihad
tersebut haruslah dalam hal-hal yang berhubungan langsung dengan kebutuhan
hidup disuatu tempat dengan keadaan tertentu. Teori-teori pendidikan baru hasil
Ijtihad harus dikaitkan dengan ajaran Islam dan kebutuhan hidup.
Ijtihad dibidang pendidikan perlu karena ajaran Islam yang terdapat
dalam Al-Qur’an dan Sunnah adalah bersifat pokok-pokok dan prinsip-prinsipnya
saja. Oleh karena itu diperlukan ijtihad sebagai perinciannya.
Sejalan
dengan itu, pendidikan agama ( Islam ) sebagai suatu tugas dan kewajiban
pemerintah dalam mengemban aspirasi rakyat, harus mencerminkan dan menuju
kearah tercapainya masyarakat Pancasila dengan warna agama. Dalam pendidikan,
agama dan Pancasila harus saling mengisi, ini berarti bahwa pendidikan Islam
itu selain berlandaskan Al-Qur’an dan As-Sunnah, juga berlandaskan ijtihad
dalam menyesuaikan kebutuhan bangsa yang selalu berubah dan berkembang. Dengan
ijtihad itu ditemukan persesuaian antara Pancasila dengan ajaran agama yang
secara bersamaan dijadikan landasan pendidikan, termasuk pendidikan agama.
BAB III
PENGERTIAN PENDIDIKAN ISLAM
A. Pengertian Bahasa
Kata “ pendidikan ”
yang umum digunakan sekarang, dalam bahasa Arabnya adalah “ tarbiyah ” dengan
kata kerja “ rabba ”. Kata pendidikan Islam dalam bahasa Arabnya adalah “
tarbiyah Islamiyah ”. Kata “ pengajaran ” dalam bahasa Arabnya “ta’lim ” dengan
kata kerjanya “ ‘allama ”. Pendidikan dan pengajaran dalam bahasa Arabnya “
tarbiyah wa ta’lim ” , sedangkan pendidikan Islam dalam bahasa Arabnya adalah “
tarbiyah islamiyah ”.
Kata “ ‘allama ” mengandung pengertian memberitahu atau
memberi pengetahuan, tidak mengandung arti pembinaan kepribadian.
B.Pengertian Istilah
Pengertian pendidikan seperti yang
dipahami sekarang belum terdapat di zaman Nabi. Tetapi usaha dan kegiatan yang
dilakukan nabi dalam menyampaikan seruan agama dalam berdakwah, menyampaikan
ajaran, memberi contoh, melatih keterampilan berbuat, memberi motivasi, dan
menciptakan lingkungan sosial yang mendukung pembentukan ide pribadi muslim
itu, telah mencakup arti pendidikan
dalam pengertian sekarang. Orang Mekah yang tadinya menyembah berhala, musyrik,
kafir, kasar dan sombong maka dengan usaha Rosul SAW mengislamkan mereka, lalu
menjadi penyembah Allah, mukmin, muslim, lemah lembut, dan hormat kepada orang
lain. Dengan itu berarti Nabi SAW telah mendidik, membentuk kepribadian
muslimdan berarti Nabi Muhammad SAW seorang pendidik yang berhasil. Secara umum
dapat dikatakan bahwa pendidikan Islam adalah pembentukan kepribadian muslim.
C.Pengertian Pendidikan dalam Islam
Syari’at Islam tidak akan dihayati
dan diamalkan orang kalau hanya diajarkan saja, tetapi harus dididik melalui
proses pendidikan. Nabi telah mengajak orang untuk beriman dan beramal serta
berakhlak baik sesuai dengan ajaran Islam dengan berbagai metode dan
pendekatan. Pendidikan itu lebih banyak ditujukan kepada perbaikan setiap
mental yang akan terwujud dalam amal perbuatan, baik bagi keperluan diri
sendiri maupun orang lain. Di segi lainnya, pendidikan Islam tidak hanya
bersifat teoritis saja, tetapi juga praktis. Ajaran Islam tidak memisahkan antara
iman dan amal saleh. Oleh karena itu pendidikan Islam adalah sekaligus
pendidikan iman dan pendidikan amal. Dan karena ajaran Islam berisi ajaran
tentang sikap dan tingkah laku pribadi masyarakat menuju kesejahteraan hidup
perorangan dan bersama, maka pendidikan Islam adalah pendidikan individu dan
pendidikan masyarakat. Semula orang yang bertugas mendidik adalah para Nabi dan
Rosul, selanjutnya para ulama dan cerdik pandailah sebagai penerus tugas dan
kewajiban mereka.
BAB
IV
TUJUAN
PENDIDIKAN ISLAM
Tujuan ialah suatu
yang diharapkan tercapai setelah suatu usaha atau kegiatan selesai. Tujuan
pendidikan bukanlah suatu benda yang terbentuk tetapi dan statis, tetapi
merupakan suatu keseluruhan dari kepribadian seseorang, berkenaan dengan
seluruh aspek kehidupannya. Tujuan pendidikan diantaranya adalah sebagai
berikut :
A.
Tujuan
Umum
Tujuan
umum ialah tujuan yang akan dicapai dengan semua kegiatan pendidikan. Tujuan
umum ini berbeda pada setiap tingkat umur, kecerdasan, situasi, kondisi, dengan
kerangka yang sama.
Cara
atau alat yang paling efektif dan efisien untuk mencapai tujuan pendidikan
ialah pengajaran. Karena itu pengajaran yang diidentikkan dengan pendidikan,
meskipun sebenarnya istilah ini tidak sama.
Tujuan
umum itu tidak dapat dicapai kecuali setelah melalui proses pengajaran,
pengalaman, pembiasaan, penghayatan, dan keyakinan akan kebenarannya. Tahapan
dalam mencapai itu pada pendidikan formal ( sekolah, madrasah ), dirumuskan
dalam bentuk tujuan kurikuler yang selanjutnya dikembangan dalam tujuan
instruksional.
B.
Tujuan
Khusus
Pendidikan
Islam itu berlangsung selama hidup, maka tujuan akhirnya terdapat pada waktu
hidup didunia telah selesai.
Mati
dalam keadaan berserah diri kepada Allah sebagai muslim yang merupakan ujung
dari takwa sebagai akhir dari proses
hidup jelas berisi kegiatan pendidikan. Inilah akhir dari proses
pendidikan itu yang dapat dianggap sebagai tujuan akhirnya. Insan kamil yang
mati dan akan menghadap Tuhannya merupakan tujuan akhir dari proses pendidikan
Islam.
C.
Tujuan
Sementara
Tujuan
ini adalah tujuan yang akan dicapai setelah anak didik diberi sejumlah
pengalaman tertentu yang direncanakan dalam suatu kurikulum pendidikan formal.
Pada
tujuan sementara bentuk insan kamil dengan pola takwa sudah kelihatan meskipun
dalam ukuran yang sederhana. Tujuan pendidikan seolah merupakan suatu lingkaran
yang pada tingkat paling rendah mungkin suatu lingkaran kecil. Semakin tinggi
tingkatan pendidikannya, lingkaran tersebut semakin besar. Tetpi sejak dari
tujuan pendidikan tingkat permulaan, bentuk lingkarannya sudah harus kelihatan.
Bentuk lingkaran inilah yang
menggambarkan insan kamil itu.
D.
Tujuan
Operasional
Tujuan
operasional adalah tujuan praktis yang akan dicapai dengan sejumlah kegiatan
pendidikan tertentu. Tujuan operasional ini disebut juga tujuan instruksional
umum dan khusus. Ini merupakan tujuan pengajaran yang direncanakan dalam
unit-unit kegiatan pengajaran.
Dalam
tujuan ini, lebih banyak dituntut dari anak didik suatua kemampuan dan
keterampilan tertentu. Sifat operasionalnya lebih ditonjolkan daripada sifat
penghayatan dan kepribadian. Untuk tingkat yang paling rendah, sifat yang
berisi kemampuan dan keterampilan yang
ditonjolkan.
BAB
V
TANGGUNG
JAWAB PENDIDIKAN DALAM ISLAM
Tanggung jawab
pendidikan diselenggarakan dengan kewajiban mendidik. Secara umum mendidik
adalah membantu anak didik didalam perkembangan dari dayanya dan didalam
penetapan nilai-nilai. Bimbingan / bantuan tersebut dilakukan dalam pergaulan
antara pendidik dan anak didik. Pemberian bimbingan ini dilakukan oleh :
A.
Orang
Tua
Orang
tua merupakan pendidik utama dan pertama bagi anak-anak mereka. Dengan demikian
bentuk pertama dari pendidikan terdapat dalam kehidupan keluarga. Sejak anak
lahir, ibunya yang selalu disampingnya, oleh karena itu si anak meniru tingkah
laku ibunya. Dan dimata si anak, ayah adalah orang terpandai diantara
orang-orang yang dikenalnya. Tanggung jawab pendidikan Islam yang menjadi beban
orang tua dilaksanakan dalam rangka :
1.
Memelihara
dan membesarkan anak.
2.
Melindungi
dan menjamin kesamaan baik secara jasmaniah maupun rohaniah.
3.
Memberi
pengajaran.
4.
Membahagiakan
anak baik dunia maupun akhirat.
B.
Guru
Guru
adalah pendidik profesional, karenanya secara implisit ia telah merelakan dirinya menerima dan
memikul sebagian tanggung jawab pendidikan.
Untuk
menjadi seorang guru yang dapat
memengaruhi anak didik kearah
kebahagiaan dunia akhirat, guru harus memenuhi syarat-syarat berikut :
1.
Takwa
kepada Allah.
2.
Berilmu
pengetahuan dan sehat jasmani serta rohani.
3.
Berkelakuan
baik, yaitu :
a.
Mencintai
jabatannya sebagai guru.
b.
Bersikap
adil kepada semua muridnya.
c.
Berlaku
sabar dan tenang.
d.
Berwibawa
dan bergembira.
e.
Mempunyai
sifat manusiawi dan mampu bekerjasama, baik dengan guru lain maupun dengan
masyarakat.
C.
Masyarakat
Masyarakat
turut serta memikul tanggung jawab pendidikan. Masyarakat berpengaruh besar
dalam memberi arah terhadap pendidikan anak, terutama para pemimpin masyarakat.
Pemimpin masyarakat muslim tentunya menghendaki agar setiap anak didiknya
menjadi anak yang taat dan patuh menjalankan agamanya. Dengan demikian,
dipundak mereka tepikul keikutsertaan membimbing pertumbuhan dan perkembangan
anak. Ini berarti bahw pemimpin masyarakat itu mempunyai tanggung jawab
terhadap pendidikan. Sebab tanggung jawab pendidikan pada hakikatnya merupakan
tanggung jawab moral dari setiap orang dewasa baik secara perseorangan maupun
sebagai kelompok sosial. Tanggung jawab ini ditinjau dari segi ajaran Islam,
secara implisit mengandung pula tanggung jawab pendidikan.
Dengan
demikian jelaslah bahwa tanggung jawab dalam Islam bersifat perseorangan dan
sosial. Selanjutnya siapa yang memiliki syarat-syarat tanggung jawab ini tidak
hanya bertanggung jawab terhadap perbuatan dan perbaikan dirinya, tetapi juga
orang-orang yang dibawah bimbingan maupun perintahnya.
BAB VI
KEMUNGKINAN DAN KETERBATASAN PENDIDIKAN
A.
Batas
Pendidikan
1.
Pendidikan
Dimulai
Pendidikan dimulai
dengan pemeliharaan yang merupakan persiapan kearah pendidikan nyata, yaitu
sejak anak dilahirkan. Sedangkan pendidikan yang sesunggguhnya baru terjadi
kemudian.
Pada pendidikan yang
sesungguhnya, anak dituntut pengertian bahwa ia harus memahami apa yang
dikehendaki oleh pemegang kewibawaan dan menyadari bahwa hal yang diajarkan
adalah perlu baginya.
2.
Akhir
Pendidikan
Sulit menentukan kapan
pendidikan itu berakhir. Kesulitan tersebut berkaitan dengan kesukaran
menentukan masa kematangan. Seorang anak dalam hal tertentu telah mencapai
kematangan, tetapi dalam hal lain belum. Misalnya dia telah mahir dalam
keterampilan tetapi kedewasaannya belum terlihat.
B.
Kemungkinan
Keberhasilan Pendidikan
Sejauh mana keberhasilan pendidikan tidak bisa dipastikan secara
jelas. Kita hanya mungkin membicarakan kemungkinan-kemungkinan pendidikan
secara umum. Dalam aliran nativisme, yang tampak menentukan keberhasilan
seseorang adalah adalah pembawaan sejak lahir. Sedangkan menurut John Locke,
keberhasilan anak ditentukan oleh pendidikan. Tapi menurut teori konvergensi,
pendidikan dan pembawaan mempunyai pengaruh yang sama besar.
C.
Pandangan
Islam Tentang Pengaruh Faktor Pembawaan dan Pendidikan
Dalam beberapa bagian,
pertumbuhan jasmani dapat dirujuk kepada faktor keturunan, misalnya warna kulit atau warna rambut. Tetapi bisa
juga dipengaruhi oleh lingkungan misalnya iklim atau perubahan musim.
Ajaran Islam seperti yang tertera dalam ayat Al-Qur’an dan hadits
meskipun tidak menerangkan / menentukan faktor pokok yang mempengaruhi, namun
tetap mengakui adanya kedua faktor ini. Dalam kalangan ilmuwan muslin terdapat
kelompok aliran yang menyetujui pengertian keturunan secara luas. Aliran itu
membagi sifat-sifat warisan menjadi 3 jenis, yaitu sifat tubuh, sifat akal, dan
sifat akhlak dan kemasyarakatan.
Manusia dapat berubah karena wataknya yang luwes dan lentur. Ia
mampu menguasai ilmu pengetahuan, adat istiadat, nilai, tendensi atau aliran
baru. Demikian pula ia dapat meninggalkannya. Proses pembentukan identitas,
sifat dan watak atau memupuk dan memajukan ciri-cirinya yang unik dinamakan
sosialisasi. Mudah atau tidaknya cara ini tergantung pada usia dan caranya.
Mereka yang mendalami Al-Qur’an, sunnah dan khazanah pemiiran Islam
akan menemukan banyak dalil dan endapat yang menunjukkan bahwa Islam menerima
prinsip bahwa watak manusia luwes dan lentur. Menurut Islam, kelakuan, kebiasaan
maupun keahlian manusia dapat berubah. Perubahan itu tidak terjadi secara
otomatis atau lantaran inovasi
kebendaan, tetapi oleh proses pengajaran yang dilalui sejak bayi sampai akhir
hayatnya. Atau ia adalah hasil dari interaksi yang bebas antara unsur intern
manusia dan faktor budaya, peradaban dan lingkungan yang dihadapinya.
Tetapi pengubahan perilaku tidak dapat dilakukan terhadap beberapa
ciri tetap yang dibawa sejak lahir, seperti naluri cinta, takut, patuh, atau
menantang. Yang bisa dilakukan dengan naluri ini adalah meningkatkan atau
mendidiknya kearah yang lebih baik.
BAB VII
LINGKUNGAN PENDIDIKAN
A.
Pengertian
Lingkungan
Dalam kegiatan pendidikan, kita melihat
adanya unsur perrgaulan dan lingkungan yang tidak terpisahkan. Dalam arti luas,
lingkungan mencakup iklim dan geografis tempat tinggal, adat istiadat,
pengetahuan, pendidikan, dan alam. Lingkungan adalah segala sesuatu yang tampak
dan terdapat dalam alam kehidupan yang senantiasa berkembang.
Disamping itu, dapat pula dikemukakan
bahwa “ lingkungan pribadi ” yang membentuk suasana diri, suatu suasana yang
lebih bersifat pribadi. Suasana pribadi ini tampak pada diri seseorang meskipun
tanpa bergaul. Kita dapat menebak pribadi seseorang misalnya tenang, hati-hati,
cermat, dsb. Pernyataan itu mungkin ada karena kita merasa demikian.
B.
Lingkungan
Pendidikan di Luar Sekolah
1.
Keluarga
Keluarga merupakan
masyarakat ilmiah yang pergaulan diantara anggotanya bersifat khas. Dalam
lingkungan ini terletak dasar-dasar pendidikan. Disini pendidikan berlangsung
dengan sendirinya tanpa harus diumumkan atau dituliskan terlebih dahulu agar
diketahui dan diikuti oleh seluruh anggota keluarga.
2.
Asrama
Asrama sebagai
lingkungan pendidikan mempunyai ciri-ciri sewaktu-waktu atau dalam waktu
tertentu hubungan anak dengan lingkungan keluarga menjadi terputus atau dengan
sengaja diputuskan dan untuk waktu tertentu pula anak-anak itu hidup bersama
dengan anak-anak seusianya.
Setiap lingkungan asrama
dibina sedemikian rupa sesuai dengan tujuannya dalam rangka membantu
perkembangan kepribadian anak.
3.
Perkumpulan
Remaja
Pada umumnya, anak-anak
diatas usia 12 tahun membutuhkan kumpulan-kumpulan atau organisasi yang dapat
menyalurkan hasrat dan kegiatan yang meluap-luap dalam diri mereka, pada masa
ini gambaran tentang orangtua, guru, dan tokoh-tokoh masyarakat amat besar artinya bagi mereka.
Tokoh ini dijadikan idola mereka.
4.
Lingkungan
Kerja
Peralihan dari
lingkungan keluarga dan sekolah ke lingkungan kerja memakan waktu yang lama.
Lingkungan kerja menuntut berbagai persesuaian. Dalam lingkungan itu mereka
bergaul dengan orang-orang dewasa lainnya yang berbeda dari yang pernah mereka
alami. Kini mereka bergaul dengan orang-orang dewasa yang “asing” dan telah
berpengalaman dalam lapangannya.
C.
Sekolah
Sebagai Lingkungan Pendidikan
Disekolah berkumpul anak-anak dengan umur
yang hampir sama, dengan pengetahuan yang sederajat dan sekaligus menerima
pelajaran yang sama. Ada beberapa
perbedaan antara rumah dengan sekolah, yaitu dari segi suasana, tanggung jawab
maupun kebebasan dan pergaulan. Hal tersebut memperlihatkan perbedaan antara
rumah dengan sekolah, rumah ialah lingkungan pendidikan yang sewajarnya.
Pemeliharaan orangtua terhadap anak bukan diperoleh dari pengalaman, tetapi
merupakan naluri dari tiap orang.
Sekolah dibuat oleh manusia, karena
semakin tinggi tingkat kebudayaan, maka tuntunan-tuntunan masyarakat juga
bertambah. Rumah tangga tidak mampu lagi mendidik anak, oleh karena itu
masyarakat mendirikan sekolah dan dilaksanakan pendidikan untuk anak dengan
peraturan tertentu.
BAB
VIII
IMPLIKASI
Secara
garis besar, lingkup penyelenggaraan pendidikan agama Islam di Indonesia
adalah:
a)
Pendidikan
agama Islam pada lembaga pendidikan umum, mulai dari tingkat dasar sampai
tingkat perguruan tinggi.
b)
Lembaga
pendidikan / perguruan agama mulai tingkat rendah sampai tinggi.
Pendidikan agama merupakan bagian pendidikan yang amat penting yang
berkenaan dengan aspek-aspek sikap dan nilai, antara lain akhlak dan keagamaan.
Oleh karena itu pendidikan agama juga menjadi tanggung jawab keluarga,
masyarakat dan pemerintah.
Didalam GBHN telah tertulis jelas tujuan pendidikan Islam yaitu
untuk meningkatkan ketakwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa kecerdasan,
keterampilan, mempertinggi budi pekerti,
memperkuat kepribadian dan mempertebal semangat kebangsaan agar dapat
menumbuhkan manusia pembangunan yang dapat membangun dirinya sendiri serta
bersama-sama bertanggung jawab atas pembangunan bangsa.
Untuk mencapai hal tersebut maka pelaksanaannya dapat ditempuh
dengan cara :
a)
Membina
manusia yang mampu melaksanakan ajaran-ajaran agama Islam dengan baik sehingga
mencerminkan tindakan dalam kehidupannya.
b)
Mendorong
manusia untuk mencapai kebahagiaan hidup didunia dan di akhirat.
c)
Mendidik
ahli-ahli agama yang cukup terampil.
Sebagian besar lembaga pendidikan agama berstatus swasta. Hanya
0,37% dari seluruh sekolah agama berstatus negeridan hanya 4,5% dari
murid-murid berada disekolah negeri. Ini berarti bahwa pada satu segi kehadiran
sekolah-sekolah agama negeri harus berakar pada hasrat masyarakat sendiri dan
pada segi lain sekolah-sekolah agama negeri harus mempunyai fungsi keteladanan
terhadap sekolah-sekolah agama swasta.
Tentang pembinaan lembaga pendidikan tinggi agama Islam, pada tahun
1980 / 1981 tercatat terdapat 14 buah IAIN di seluruh Indonesia, dengan 114 fakultas, 1900 orang
tenaga pengajartetap, 1909 tenaga
pengajar tidak tetap dan 29718 orang mahasiswa. Pada tahun yang sama, jumlah
PTAIS adalah 76 buah, dengan 58 fakultas berstatus terdaftar dan 71 fakultas
berstatus diakui, 2562 pengajar dosen tetap / tidak tetap dan 10908 orang
mahasiswa.
KURIKULUM
Kurikulum dapat
dipandang sebagai suatu program pendidikan yang direncanakan dan dilaksanakan
untuk mencapai sejumlah tujuan pendidikan tertentu.
Fungsi kurikulum bisa
dilihat dari 3 sudut, yaitu bagi sekolah yang bersangkutan , bagi sekolah pada
tingkatan diatasnya dan bagi masyarakat. Untuk sekolah yang bersangkutan,
kurikulum mempunyai dua fungsi yaitu :
a)
Sebagai
alat untuk mencapai tujuan-tujuan pendidikan yang diinginkan.
b)
Sebagai
pedoman dalam mengatur kegiatan pendidikan sehari-hari.
Kurikulum berisi
jenis-jenis bidang studi yang diajarkan, dan isi program studi. Dengan
prinsip-prinsip pengembangan sebagai berikut :
a)
Prinsip relevansi, yaitu kesesuaian pendidikan
dengan tuntutan pendidikan.
b)
Prinsip
efektifitas, yaitu sejauh mana sesuatu yang direncanakan dapat terlaksana.
c)
Prinsip
efisiensi, yaitu perbandingan antara hasil yang dicapai dan usaha yang telah
dilakukan.
d)
Prinsip
kesinambungan, yaitu saling berkaitan antara berbagai tingkat dan jenis program
pendidikan.
e)
Prinsip
fleksibilitas, yaitu ada ruang gerak yang memberikan sedikit kebebasan didalam
bertindak.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar