Minggu, 26 April 2015

Resume Ilmu Pendidikan Islam







Nama / NIM                : Rieska Seventina ( 1725143244 )
Jurusan  / Kelas          : PGMI / 2-B    
Judul Buku                  : Ilmu Pendidikan Islam
Penulis                          : Dr.Zakiah Daradjat, dkk
Penerbit                        : PT Bumi Aksara, Jakarta
Tahun Terbit               : 2011




BAB I
PENDAHULUAN
A.  Pandangan Islam Terhadap Manusia
Manusia adalah makhluk Allah. Ia dan alam semesta bukan terjadi sendirinya, tetapi dijadikan oleh Allah. Firman  Allah dalam surat Ar-Rum:40
اللَّهُ الَّذِي خَلَقَكُمْ ثُمَّ رَزَقَكُمْ ثُمَّ يُمِيتُكُمْ ثُمَّ يُحْيِيكُمْ
Artinya : “ Allahlah yang menciptakan kamu, kemudian memberimu rezeki, kemudian mematikan kamu, kemudian menghidupkan kamu            ( kembali di akhirat )....
Orang yang beribadah kepada Allah selalu disayangi Allah, kepadaNya diturunkan ajaran melalui RasulNya, melalui ajaran inilah kita melihat dan mengetahui pandangan Islam mengenai manusia. Prof.Dr Omar Muhammad al Taumi al Syaibani memperincinya sebagai berikut :
1.      Kepercayaan bahwa manusia makhluk yang paling mulia dialam ini.
2.      Kepercayaan akan kemuliaan manusia.
3.      Kepercayaan bahwa manusia itu ialah hewan yang berfikir.
4.      Kepercayaan bahwa manusia itu mempunyai 3 dimensi, yaitu badan, akal, dan ruh.
5.      Kepercayaan bahwa manusia dalam pertumbuhannya terpengaruh oleh faktor-faktor pembawaan ( warisan ) dan alam lingkungan.
6.      Kepercayaan bahwa manusia mempunyai motivasi dan kebutuhan, serta sifat yang luas.
7.      Kepercayaan bahwa adanya perbedaan antar manusia.

B.  Manusia Sebagai Makhluk Yang Mulia
Sebagaimana firman Allah dalam QS. Al-Isra’:70
وَلَقَدْ كَرَّمْنَا بَنِي آدَمَ وَحَمَلْنَاهُمْ فِي الْبَرِّ وَالْبَحْرِ وَرَزَقْنَاهُمْ مِنَ الطَّيِّبَاتِ وَفَضَّلْنَاهُمْ عَلَىٰ كَثِيرٍ مِمَّنْ خَلَقْنَا تَفْضِيلًا
Artinya : “ Dan sesungguhnya telah kami muliakan anak-anak Adam ( manusia ). Kami tempatkan mereka itu didarat dan dilaut. Kami beri  mereka rezeki yang baik-baik dan kami lebihkan mereka dari makhluk Kami yang lain”.
Oleh karena itu, Allah melengkapinya dengan akal dan perasaan untuk dapat  merasa dan memikirkan kehidupannya, hasil dari pemikiran yang memberi kenikmatan untuk dirasakan. Manusia juga dibekali dengan ilmu pengetahuan, dengan ilmu pengetahuan itu dirumuskan ilmu baru yang digunakan dalam usahanya memenuhi kebutuhan hidupnya. Allah juga membekali manusia dengan kebudayaan. Akibat dari manusia menggunakan akal pikirannya, perasaan, dan ilmu pengetahuannya, tumbuhlah kebudayaan. Baik berbentuk sikap, tingkah laku, cara hidup ataupun yang lainnya. Islam memandang manusia sebagai makhluk pendukung dan pencipta kebudayaan. Dengan akal, ilmu, dan perasaan, ia membentuk kebudayaan dan mewariskan kepada anak cucunya.

C.  Manusia Sebagai Khalifah di Bumi
Hal ini bersumber pada firman Allah QS. Al-Baqarah: 30
وَإِذْ قَالَ رَبُّكَ لِلْمَلَٰٓئِكَةِ إِنِّى جَاعِلٌ فِى ٱلْأَرْضِ خَلِيفَةً
Artinya : “ Dan ingatlah, ketika Tuhanmu berkata kepada para malaikat : sesungguhnya Aku akan menjadikan khalifah dimuka bumi...”
Setelah bumi ini diciptakan, Allah memandang bumi perlu didiami, diurus, dan diolah. Untuk itu, manusia yang diserahi tugas dan jabatan khalifah. Kemampuan bertugas ini adalah suatu anugrah yang sekaligus amanat yang dibimbing suatu ajaran, yang pelaksanaannya merupakan tanggung jawab manusia yang disebut khalifah. Untuk itu, Allah telah menciptakan manusia sebagai makhluk yang lengkap dan utuh dengan sarana yang lengkap. Perintah untuk menjalankan syari’at Islam dan bertanggung jawab ditujukan kepada manusia yang utuh dan lengkap. Namun Islam tidak memandang seseorang sebagai manusia yang utuh, tetapi juga sebagai anggota masyarakat. Memang Allah mewajibkan manusia itu hidup berkelompok untuk saling berkenalan dan hidup bersama.
Sebagai anggota masyarakat, manusia harus bertanggung jawab. Ia mendiami dan mengurus bumi dengan bekerja, memelihara, dan mengolahnya untuk diambil manfaatnya. Dalam bekerja itu ia harus bertanggung jawab kepada Allah, karena Allah senantiasa mengawasi perbuatannya.

D.  Manusia Sebagai Makhluk Paedagogik
Makhluk paedagogik yaitu makhluk Allah yang dilahirkan membawa potensi dapat dididik dan mendidik. Manusialah yang memiliki potensi tersebut sehingga mampu menjadi khalifah dibumi, pendukung, pengembang kebudayaan. Pikiran, perasaan, dan kemampuannya berbuat merupakan komponen dari fitrah manusia. Sebagaimana fitrah Allah dalam QS. Ar-Rum : 30
فَأَقِمْ وَجْهَكَ لِلدِّينِ حَنِيفًا ۚفِطْرَتَ الَّهِ الَّتِي فَطَرَ النَّاسَ عَلَيْهَا ۚلَا تَبْدِيلَ لِخَلْقِ الَّهِ
Artinya : “ ...( tegakkanlah ) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia berdasarkan fitrah itu. Tidak ada perubahan pada penciptaan Allah itu...”
Firman Allah yang berbentuk potensi itu tidak akan mengalami perubahan dengan pengertian bahwa manusia terus dapat berfikir, merasa, dan bertindak serta terus berkembang. Hal inilah yang membedakan manusia dengan yang lainnya dan membuat manusia istimewa.



BAB II
LANDASAN PENDIDIKAN ISLAM
A.  Al-Qur’an
Ajaran – ajaran yang berkenaan dengan iman tidak banyak dibicarakan dalam Al-Qur’an, tidak sebanyak ajaran tentang amal perbuatan. Ini menunjukkan bahwa amal itulah yang paling banyak dilaksanakan, sebab semua amal perbuatan manusia dalam hubungannya dengan Allah, dengan dirinya dan dengan sesamanya, dengan lingkungan serta makhluk lain termasuk amal shaleh.
Pendidikan termasuk kedalam usaha atau tindakan untuk membentuk manusia. Pendidikan sangat penting karena ia ikut menentukan corak dan bentuk amal dan kehidupan manusia.
Didalam Al-Qur’an terdapat banyak ajaran yang berisi prinsip kegiatan usaha pendidikan. Misalnya surat Luqman ayat 12 samapi 19 menjelaskan materi pendidikan yang terdiri dari iman, akhlak ibadat, sosial dan ilmu pengetahuan. Ayat lain menceritakan tujuan hidup, dan tentang nilai suatu kegiatan dan amal shaleh. Pendidikan Islam harus didasarkan pada Al-Qur’an sebagai sumber utama dalam merumuskan berbagai teori-teori pendidikan.

B.  As-sunnah
As-Sunnah ialah perkataan, perbuatan ataupun pengakuan Rosul Allah  SWT. Yang dimaksud pengakuan itu adalah kejadian / perbuatan orang lain yang diketahui Rosululloh dan beliau membiarkan saja kejadian tersebut. Karena dengan As-Sunnah kita bisa mengetahui hal yang baik / diperbolehkan dan hal yang dilarang. Jadi As-Sunnah merupakan sumber dan landasan pendidikan Islam yang kedua setelah Al-Qur’an.

C.  Ijtihad
Ijtihad adalah istilah para fuqaha, yaitu berfikir dengan menggunakan seluruh  ilmu yang dimiliki oleh ilmuwan syari’at Islam untuk menetapkan / menentukan suatu hukum syariat Islam dalam hal-hal yang ternyata belum ditegaskan hukumnya oleh Al-Qur’an dan As-Sunnah. Ijtihad dalam hal ini dapat saja meliputi seluruh aspek kehidupan termasuk aspek pendidikan, tetapi tetap berpedoman pada Al-Qur’an dan As-Sunnah.
Sasaran Ijtihad adalah segala sesuatu yang diperlukan dalam kehidupan, yang senantiasa berkembang.
Ijtihad dalam pendidikan harus tetap bersumber dari Al-Qur’an dan As-Sunnah yang diolah oleh akal sehat dari para ahli pendidikan Islam. Ijtihad tersebut haruslah dalam hal-hal yang berhubungan langsung dengan kebutuhan hidup disuatu tempat dengan keadaan tertentu. Teori-teori pendidikan baru hasil Ijtihad harus dikaitkan dengan ajaran Islam dan kebutuhan hidup.
Ijtihad dibidang pendidikan perlu karena ajaran Islam yang terdapat dalam Al-Qur’an dan Sunnah adalah bersifat pokok-pokok dan prinsip-prinsipnya saja. Oleh karena itu diperlukan ijtihad sebagai perinciannya.
Sejalan dengan itu, pendidikan agama ( Islam ) sebagai suatu tugas dan kewajiban pemerintah dalam mengemban aspirasi rakyat, harus mencerminkan dan menuju kearah tercapainya masyarakat Pancasila dengan warna agama. Dalam pendidikan, agama dan Pancasila harus saling mengisi, ini berarti bahwa pendidikan Islam itu selain berlandaskan Al-Qur’an dan As-Sunnah, juga berlandaskan ijtihad dalam menyesuaikan kebutuhan bangsa yang selalu berubah dan berkembang. Dengan ijtihad itu ditemukan persesuaian antara Pancasila dengan ajaran agama yang secara bersamaan dijadikan landasan pendidikan, termasuk pendidikan agama.
                                           



BAB III
PENGERTIAN PENDIDIKAN ISLAM

A.  Pengertian Bahasa
       Kata “ pendidikan ” yang umum digunakan sekarang, dalam bahasa Arabnya adalah “ tarbiyah ” dengan kata kerja “ rabba ”. Kata pendidikan Islam dalam bahasa Arabnya adalah “ tarbiyah Islamiyah ”. Kata “ pengajaran ” dalam bahasa Arabnya “ta’lim ” dengan kata kerjanya “ ‘allama ”. Pendidikan dan pengajaran dalam bahasa Arabnya “ tarbiyah wa ta’lim ” , sedangkan pendidikan Islam dalam bahasa Arabnya adalah “ tarbiyah islamiyah ”.
       Kata “ ‘allama ”  mengandung pengertian memberitahu atau memberi pengetahuan, tidak mengandung arti pembinaan kepribadian.

B.Pengertian Istilah
            Pengertian pendidikan seperti yang dipahami sekarang belum terdapat di zaman Nabi. Tetapi usaha dan kegiatan yang dilakukan nabi dalam menyampaikan seruan agama dalam berdakwah, menyampaikan ajaran, memberi contoh, melatih keterampilan berbuat, memberi motivasi, dan menciptakan lingkungan sosial yang mendukung pembentukan ide pribadi muslim itu, telah  mencakup arti pendidikan dalam pengertian sekarang. Orang Mekah yang tadinya menyembah berhala, musyrik, kafir, kasar dan sombong maka dengan usaha Rosul SAW mengislamkan mereka, lalu menjadi penyembah Allah, mukmin, muslim, lemah lembut, dan hormat kepada orang lain. Dengan itu berarti Nabi SAW telah mendidik, membentuk kepribadian muslimdan berarti Nabi Muhammad SAW seorang pendidik yang berhasil. Secara umum dapat dikatakan bahwa pendidikan Islam adalah pembentukan kepribadian muslim.

C.Pengertian Pendidikan dalam Islam
            Syari’at Islam tidak akan dihayati dan diamalkan orang kalau hanya diajarkan saja, tetapi harus dididik melalui proses pendidikan. Nabi telah mengajak orang untuk beriman dan beramal serta berakhlak baik sesuai dengan ajaran Islam dengan berbagai metode dan pendekatan. Pendidikan itu lebih banyak ditujukan kepada perbaikan setiap mental yang akan terwujud dalam amal perbuatan, baik bagi keperluan diri sendiri maupun orang lain. Di segi lainnya, pendidikan Islam tidak hanya bersifat teoritis saja, tetapi juga praktis. Ajaran Islam tidak memisahkan antara iman dan amal saleh. Oleh karena itu pendidikan Islam adalah sekaligus pendidikan iman dan pendidikan amal. Dan karena ajaran Islam berisi ajaran tentang sikap dan tingkah laku pribadi masyarakat menuju kesejahteraan hidup perorangan dan bersama, maka pendidikan Islam adalah pendidikan individu dan pendidikan masyarakat. Semula orang yang bertugas mendidik adalah para Nabi dan Rosul, selanjutnya para ulama dan cerdik pandailah sebagai penerus tugas dan kewajiban mereka.



BAB IV
TUJUAN PENDIDIKAN ISLAM
            Tujuan ialah suatu yang diharapkan tercapai setelah suatu usaha atau kegiatan selesai. Tujuan pendidikan bukanlah suatu benda yang terbentuk tetapi dan statis, tetapi merupakan suatu keseluruhan dari kepribadian seseorang, berkenaan dengan seluruh aspek kehidupannya. Tujuan pendidikan diantaranya adalah sebagai berikut :
A.    Tujuan Umum
            Tujuan umum ialah tujuan yang akan dicapai dengan semua kegiatan pendidikan. Tujuan umum ini berbeda pada setiap tingkat umur, kecerdasan, situasi, kondisi, dengan kerangka yang sama.
            Cara atau alat yang paling efektif dan efisien untuk mencapai tujuan pendidikan ialah pengajaran. Karena itu pengajaran yang diidentikkan dengan pendidikan, meskipun sebenarnya istilah ini tidak sama.
            Tujuan umum itu tidak dapat dicapai kecuali setelah melalui proses pengajaran, pengalaman, pembiasaan, penghayatan, dan keyakinan akan kebenarannya. Tahapan dalam mencapai itu pada pendidikan formal ( sekolah, madrasah ), dirumuskan dalam bentuk tujuan kurikuler yang selanjutnya dikembangan dalam tujuan instruksional.

B.     Tujuan Khusus
            Pendidikan Islam itu berlangsung selama hidup, maka tujuan akhirnya terdapat pada waktu hidup didunia telah selesai.
            Mati dalam keadaan berserah diri kepada Allah sebagai muslim yang merupakan ujung dari takwa sebagai akhir dari proses  hidup jelas berisi kegiatan pendidikan. Inilah akhir dari proses pendidikan itu yang dapat dianggap sebagai tujuan akhirnya. Insan kamil yang mati dan akan menghadap Tuhannya merupakan tujuan akhir dari proses pendidikan Islam.

C.     Tujuan Sementara
            Tujuan ini adalah tujuan yang akan dicapai setelah anak didik diberi sejumlah pengalaman tertentu yang direncanakan dalam suatu kurikulum pendidikan formal.
            Pada tujuan sementara bentuk insan kamil dengan pola takwa sudah kelihatan meskipun dalam ukuran yang sederhana. Tujuan pendidikan seolah merupakan suatu lingkaran yang pada tingkat paling rendah mungkin suatu lingkaran kecil. Semakin tinggi tingkatan pendidikannya, lingkaran tersebut semakin besar. Tetpi sejak dari tujuan pendidikan tingkat permulaan, bentuk lingkarannya sudah harus kelihatan. Bentuk lingkaran inilah  yang menggambarkan insan kamil itu.
 
D.    Tujuan Operasional
            Tujuan operasional adalah tujuan praktis yang akan dicapai dengan sejumlah kegiatan pendidikan tertentu. Tujuan operasional ini disebut juga tujuan instruksional umum dan khusus. Ini merupakan tujuan pengajaran yang direncanakan dalam unit-unit kegiatan pengajaran.
            Dalam tujuan ini, lebih banyak dituntut dari anak didik suatua kemampuan dan keterampilan tertentu. Sifat operasionalnya lebih ditonjolkan daripada sifat penghayatan dan kepribadian. Untuk tingkat yang paling rendah, sifat yang berisi kemampuan dan  keterampilan yang ditonjolkan.



BAB V
TANGGUNG JAWAB PENDIDIKAN DALAM ISLAM

            Tanggung jawab pendidikan diselenggarakan dengan kewajiban mendidik. Secara umum mendidik adalah membantu anak didik didalam perkembangan dari dayanya dan didalam penetapan nilai-nilai. Bimbingan / bantuan tersebut dilakukan dalam pergaulan antara pendidik dan anak didik. Pemberian bimbingan ini dilakukan oleh :
A.    Orang Tua
            Orang tua merupakan pendidik utama dan pertama bagi anak-anak mereka. Dengan demikian bentuk pertama dari pendidikan terdapat dalam kehidupan keluarga. Sejak anak lahir, ibunya yang selalu disampingnya, oleh karena itu si anak meniru tingkah laku ibunya. Dan dimata si anak, ayah adalah orang terpandai diantara orang-orang yang dikenalnya. Tanggung jawab pendidikan Islam yang menjadi beban orang tua dilaksanakan dalam rangka :
1.      Memelihara dan membesarkan anak.
2.      Melindungi dan menjamin kesamaan baik secara jasmaniah maupun rohaniah.
3.      Memberi pengajaran.
4.      Membahagiakan anak baik dunia maupun akhirat.
B.     Guru
            Guru adalah pendidik profesional, karenanya secara implisit  ia telah merelakan dirinya menerima dan memikul sebagian tanggung jawab pendidikan.
            Untuk menjadi seorang guru yang  dapat memengaruhi  anak didik kearah kebahagiaan dunia akhirat, guru harus memenuhi syarat-syarat berikut :
1.      Takwa kepada Allah.
2.      Berilmu pengetahuan dan sehat jasmani serta rohani.
3.      Berkelakuan baik, yaitu :
a.       Mencintai jabatannya sebagai guru.
b.      Bersikap adil kepada semua muridnya.
c.       Berlaku sabar dan tenang.
d.      Berwibawa dan bergembira.
e.       Mempunyai sifat manusiawi dan mampu bekerjasama, baik dengan guru lain maupun dengan masyarakat.
C.     Masyarakat
            Masyarakat turut serta memikul tanggung jawab pendidikan. Masyarakat berpengaruh besar dalam memberi arah terhadap pendidikan anak, terutama para pemimpin masyarakat. Pemimpin masyarakat muslim tentunya menghendaki agar setiap anak didiknya menjadi anak yang taat dan patuh menjalankan agamanya. Dengan demikian, dipundak mereka tepikul keikutsertaan membimbing pertumbuhan dan perkembangan anak. Ini berarti bahw pemimpin masyarakat itu mempunyai tanggung jawab terhadap pendidikan. Sebab tanggung jawab pendidikan pada hakikatnya merupakan tanggung jawab moral dari setiap orang dewasa baik secara perseorangan maupun sebagai kelompok sosial. Tanggung jawab ini ditinjau dari segi ajaran Islam, secara implisit mengandung pula tanggung jawab pendidikan.
            Dengan demikian jelaslah bahwa tanggung jawab dalam Islam bersifat perseorangan dan sosial. Selanjutnya siapa yang memiliki syarat-syarat tanggung jawab ini tidak hanya bertanggung jawab terhadap perbuatan dan perbaikan dirinya, tetapi juga orang-orang yang dibawah bimbingan maupun perintahnya.



BAB VI
KEMUNGKINAN DAN KETERBATASAN PENDIDIKAN

A.    Batas Pendidikan
1.      Pendidikan Dimulai
      Pendidikan dimulai dengan pemeliharaan yang merupakan persiapan kearah pendidikan nyata, yaitu sejak anak dilahirkan. Sedangkan pendidikan yang sesunggguhnya baru terjadi kemudian.
      Pada pendidikan yang sesungguhnya, anak dituntut pengertian bahwa ia harus memahami apa yang dikehendaki oleh pemegang kewibawaan dan menyadari bahwa hal yang diajarkan adalah perlu baginya.
2.      Akhir Pendidikan
      Sulit menentukan kapan pendidikan itu berakhir. Kesulitan tersebut berkaitan dengan kesukaran menentukan masa kematangan. Seorang anak dalam hal tertentu telah mencapai kematangan, tetapi dalam hal lain belum. Misalnya dia telah mahir dalam keterampilan tetapi kedewasaannya belum terlihat.

B.     Kemungkinan Keberhasilan Pendidikan
Sejauh mana keberhasilan pendidikan tidak bisa dipastikan secara jelas. Kita hanya mungkin membicarakan kemungkinan-kemungkinan pendidikan secara umum. Dalam aliran nativisme, yang tampak menentukan keberhasilan seseorang adalah adalah pembawaan sejak lahir. Sedangkan menurut John Locke, keberhasilan anak ditentukan oleh pendidikan. Tapi menurut teori konvergensi, pendidikan dan pembawaan mempunyai pengaruh yang sama besar.

C.     Pandangan Islam Tentang Pengaruh Faktor Pembawaan dan Pendidikan
     Dalam beberapa bagian, pertumbuhan jasmani dapat dirujuk kepada faktor keturunan, misalnya  warna kulit atau warna rambut. Tetapi bisa juga dipengaruhi oleh lingkungan misalnya iklim atau perubahan musim.
Ajaran Islam seperti yang tertera dalam ayat Al-Qur’an dan hadits meskipun tidak menerangkan / menentukan faktor pokok yang mempengaruhi, namun tetap mengakui adanya kedua faktor ini. Dalam kalangan ilmuwan muslin terdapat kelompok aliran yang menyetujui pengertian keturunan secara luas. Aliran itu membagi sifat-sifat warisan menjadi 3 jenis, yaitu sifat tubuh, sifat akal, dan sifat akhlak dan kemasyarakatan.
Manusia dapat berubah karena wataknya yang luwes dan lentur. Ia mampu menguasai ilmu pengetahuan, adat istiadat, nilai, tendensi atau aliran baru. Demikian pula ia dapat meninggalkannya. Proses pembentukan identitas, sifat dan watak atau memupuk dan memajukan ciri-cirinya yang unik dinamakan sosialisasi. Mudah atau tidaknya cara ini tergantung pada usia dan caranya.
Mereka yang mendalami Al-Qur’an, sunnah dan khazanah pemiiran Islam akan menemukan banyak dalil dan endapat yang menunjukkan bahwa Islam menerima prinsip bahwa watak manusia luwes dan lentur. Menurut Islam, kelakuan, kebiasaan maupun keahlian manusia dapat berubah. Perubahan itu tidak terjadi secara otomatis atau  lantaran inovasi kebendaan, tetapi oleh proses pengajaran yang dilalui sejak bayi sampai akhir hayatnya. Atau ia adalah hasil dari interaksi yang bebas antara unsur intern manusia dan faktor budaya, peradaban dan lingkungan yang dihadapinya.
Tetapi pengubahan perilaku tidak dapat dilakukan terhadap beberapa ciri tetap yang dibawa sejak lahir, seperti naluri cinta, takut, patuh, atau menantang. Yang bisa dilakukan dengan naluri ini adalah meningkatkan atau mendidiknya kearah yang lebih baik.



BAB VII
LINGKUNGAN PENDIDIKAN

A.    Pengertian Lingkungan
       Dalam kegiatan pendidikan, kita melihat adanya unsur perrgaulan dan lingkungan yang tidak terpisahkan. Dalam arti luas, lingkungan mencakup iklim dan geografis tempat tinggal, adat istiadat, pengetahuan, pendidikan, dan alam. Lingkungan adalah segala sesuatu yang tampak dan terdapat dalam alam kehidupan yang senantiasa berkembang.
       Disamping itu, dapat pula dikemukakan bahwa “ lingkungan pribadi ” yang membentuk suasana diri, suatu suasana yang lebih bersifat pribadi. Suasana pribadi ini tampak pada diri seseorang meskipun tanpa bergaul. Kita dapat menebak pribadi seseorang misalnya tenang, hati-hati, cermat, dsb. Pernyataan itu mungkin ada karena kita merasa demikian.

B.     Lingkungan Pendidikan di Luar Sekolah
1.      Keluarga
      Keluarga merupakan masyarakat ilmiah yang pergaulan diantara anggotanya bersifat khas. Dalam lingkungan ini terletak dasar-dasar pendidikan. Disini pendidikan berlangsung dengan sendirinya tanpa harus diumumkan atau dituliskan terlebih dahulu agar diketahui dan diikuti oleh seluruh anggota keluarga.
2.      Asrama
      Asrama sebagai lingkungan pendidikan mempunyai ciri-ciri sewaktu-waktu atau dalam waktu tertentu hubungan anak dengan lingkungan keluarga menjadi terputus atau dengan sengaja diputuskan dan untuk waktu tertentu pula anak-anak itu hidup bersama dengan anak-anak seusianya.
      Setiap lingkungan asrama dibina sedemikian rupa sesuai dengan tujuannya dalam rangka membantu perkembangan kepribadian anak.
3.      Perkumpulan Remaja
      Pada umumnya, anak-anak diatas usia 12 tahun membutuhkan kumpulan-kumpulan atau organisasi yang dapat menyalurkan hasrat dan kegiatan yang meluap-luap dalam diri mereka, pada masa ini gambaran tentang orangtua, guru, dan tokoh-tokoh  masyarakat amat besar artinya bagi mereka. Tokoh ini dijadikan idola mereka.
4.      Lingkungan Kerja
      Peralihan dari lingkungan keluarga dan sekolah ke lingkungan kerja memakan waktu yang lama. Lingkungan kerja menuntut berbagai persesuaian. Dalam lingkungan itu mereka bergaul dengan orang-orang dewasa lainnya yang berbeda dari yang pernah mereka alami. Kini mereka bergaul dengan orang-orang dewasa yang “asing” dan telah berpengalaman dalam lapangannya.

C.     Sekolah Sebagai Lingkungan Pendidikan
       Disekolah berkumpul anak-anak dengan umur yang hampir sama, dengan pengetahuan yang sederajat dan sekaligus menerima pelajaran yang sama. Ada  beberapa perbedaan antara rumah dengan sekolah, yaitu dari segi suasana, tanggung jawab maupun kebebasan dan pergaulan. Hal tersebut memperlihatkan perbedaan antara rumah dengan sekolah, rumah ialah lingkungan pendidikan yang sewajarnya. Pemeliharaan orangtua terhadap anak bukan diperoleh dari pengalaman, tetapi merupakan naluri dari tiap orang.
       Sekolah dibuat oleh manusia, karena semakin tinggi tingkat kebudayaan, maka tuntunan-tuntunan masyarakat juga bertambah. Rumah tangga tidak mampu lagi mendidik anak, oleh karena itu masyarakat mendirikan sekolah dan dilaksanakan pendidikan untuk anak dengan peraturan tertentu.



BAB VIII
IMPLIKASI

                   Secara garis besar, lingkup penyelenggaraan pendidikan agama Islam di Indonesia adalah:
a)      Pendidikan agama Islam pada lembaga pendidikan umum, mulai dari tingkat dasar sampai tingkat perguruan tinggi.
b)      Lembaga pendidikan / perguruan agama mulai tingkat rendah sampai tinggi.
Pendidikan agama merupakan bagian pendidikan yang amat penting yang berkenaan dengan aspek-aspek sikap dan nilai, antara lain akhlak dan keagamaan. Oleh karena itu pendidikan agama juga menjadi tanggung jawab keluarga, masyarakat dan pemerintah.
Didalam GBHN telah tertulis jelas tujuan pendidikan Islam yaitu untuk meningkatkan ketakwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa kecerdasan, keterampilan, mempertinggi budi  pekerti, memperkuat kepribadian dan mempertebal semangat kebangsaan agar dapat menumbuhkan manusia pembangunan yang dapat membangun dirinya sendiri serta bersama-sama bertanggung jawab atas pembangunan bangsa.
Untuk mencapai hal tersebut maka pelaksanaannya dapat ditempuh dengan cara :
a)      Membina manusia yang mampu melaksanakan ajaran-ajaran agama Islam dengan baik sehingga mencerminkan tindakan dalam kehidupannya.
b)      Mendorong manusia untuk mencapai kebahagiaan hidup didunia dan di akhirat.
c)      Mendidik ahli-ahli agama yang cukup terampil.
Sebagian besar lembaga pendidikan agama berstatus swasta. Hanya 0,37% dari seluruh sekolah agama berstatus negeridan hanya 4,5% dari murid-murid berada disekolah negeri. Ini berarti bahwa pada satu segi kehadiran sekolah-sekolah agama negeri harus berakar pada hasrat masyarakat sendiri dan pada segi lain sekolah-sekolah agama negeri harus mempunyai fungsi keteladanan terhadap sekolah-sekolah agama swasta.
Tentang pembinaan lembaga pendidikan tinggi agama Islam, pada tahun 1980 / 1981 tercatat terdapat 14 buah IAIN di seluruh  Indonesia, dengan 114 fakultas, 1900 orang tenaga pengajartetap, 1909  tenaga pengajar tidak tetap dan 29718 orang mahasiswa. Pada tahun yang sama, jumlah PTAIS adalah 76 buah, dengan 58 fakultas berstatus terdaftar dan 71 fakultas berstatus diakui, 2562 pengajar dosen tetap / tidak tetap dan 10908 orang mahasiswa.

KURIKULUM
            Kurikulum dapat dipandang sebagai suatu program pendidikan yang direncanakan dan dilaksanakan untuk mencapai sejumlah tujuan pendidikan tertentu.
            Fungsi kurikulum bisa dilihat dari 3 sudut, yaitu bagi sekolah yang bersangkutan , bagi sekolah pada tingkatan diatasnya dan bagi masyarakat. Untuk sekolah yang bersangkutan, kurikulum mempunyai dua fungsi yaitu :
a)      Sebagai alat untuk mencapai tujuan-tujuan pendidikan yang diinginkan.
b)      Sebagai pedoman dalam mengatur kegiatan pendidikan sehari-hari.
            Kurikulum berisi jenis-jenis bidang studi yang diajarkan, dan isi program studi. Dengan prinsip-prinsip pengembangan sebagai berikut :
a)       Prinsip relevansi, yaitu kesesuaian pendidikan dengan tuntutan pendidikan.
b)      Prinsip efektifitas, yaitu sejauh mana sesuatu yang direncanakan dapat terlaksana.
c)      Prinsip efisiensi, yaitu perbandingan antara hasil yang dicapai dan usaha yang telah dilakukan.
d)     Prinsip kesinambungan, yaitu saling berkaitan antara berbagai tingkat dan jenis program pendidikan.
e)      Prinsip fleksibilitas, yaitu ada ruang gerak yang memberikan sedikit kebebasan didalam bertindak.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar